I know that you’re the apple of my eye but
I only want one thing from you, please listen to me just once
How many times do I have to tell you for you to know?
Do you know how I feel? Do you know how I feel? ~~ B.A.P Stop It
Keesokan
harinya.....
Eunsoo sudah bersiap-siap berangkat ke kantor menggunakan KTX.
Meskipun Daehyun berjanji akan menjemputnya, dia tidak mau merepotkan pria itu.
Lagipula, dia tidak mengetahui nomor ponsel Daehyun. Eunsoo sudah berdiri di
depan lift ketika ponselnya berdering. Nomor tak dikenal.
“Yoboseyoo...”
“Eunsoo ssi, neo eodigaa ? Aku sudah didepan pintu
ruang apartemenmu.” Eunsoo berbalik,
melihat sosok Daehyun yang terengah-engah di depan apartemennya. Eunsoo
tersenyum.
“Berbaliklah, aku didepan lift.” Eunsoo melambaikan
tangannya kepada Daehyun yang segera menghampirinya. Tepat ketika pintu lift
terbuka.
“Kenapa kamu tidak menungguku ? Maaf aku terlambat.”
“Darimana kamu tahu nomor ponselku, Daehyun ssi ?”
“Lagipula aku sudah berjanji untuk menjemputmu.”
“Jawab pertanyaanku.”
“Aaahh itu..” Daehyun mengusap punggung lehernya kembali
dan tertunduk. Entah kenapa Eunsoo menyukai tingkahnya ini.
“Tidak penting aku
tahu darimana. Yang paling penting sekarang, aku harus mengantarmu ke kantor.” Eunsoo tidak puas dengan jawaban Daehyun. Raut wajahnya
pias hingga dia masuk ke kursi penumpang mobil Daehyun.
“Eunsoo ssi, kamu tidak marah kan ?”
“Molla.”
“Atau aku perlu ber-aegyo didepanmu agar kamu tersenyum ?”
Daehyun menatap Eunsoo, nyengir.
“Coba saja.” Aegyo ?
yang benar saja !! Eunsoo mati-matian menahan senyumannya. Dia memalingkan
wajahnya ke arah jendela.
“Noona~~ Ppuing ppuing !!” Alih-alih ber-aegyo, Daehyun
justru mengatakannya dengan nada mantap dan pandangannya lurus ke arah Eunsoo.
Eunsoo justru tertawa melihatnya.
“Ige bwoya ? Hahaha.. Kamu ber-aegyo atau ingin memarahiku
Daehyun ssi ?”
“Itu aegyo ku Noona.” ujarnya sambil memperlihatkan deretan
giginya yang rapi. Eunsoo masih terkekeh dibuatnya.
“Geurom, jongmal gamsahamnida Daehyun ssi. “ Eunsoo
tersenyum dan bersiap-siap keluar. Tetapi gerakannya tertahan karena Daehyun
tiba-tiba mengenggam pergelangan tangannya.
“Eunsoo ssi, bisakah kamu berhenti memanggilku ‘Daehyun
ssi’ ? cukup ‘Daehyun’ saja ? Dan bolehkah aku memanggilmu ‘Eunsoo’ saja ?” Daehyun
menatap Eunsoo tajam.
“Ngngng... Daehyun-ah, bisa kau lepas tanganku. Aku
terlambat.”
“Bolehkah ?”
“Apa kamu tidak dengar kata-kataku tadi Daehyun-ah ?”
Eunsoo tersenyum, manis sekali. Daehyun melepaskan genggamannya, “Gomawo
Eunsoo-ya.”
“Satu lagi, aku ingin lebih mengenalmu Eunsoo-ya. Bolehkah
?” Eunsoo hanya tersenyum dan segera memasuki kantornya. Melihat sosok Eunsoo
yang memasuki kantor, hanya satu yang ada dipikiran Daehyun. Dia ingin sekali
melihat senyuman itu lagi, hanya untuknya.
****
Eunsoo tidak bisa berhenti tersenyum jika mengingat
Daehyun. Ahh, apakah aku mulai menyukai
Daehyun. Masih terlalu dini mengatakan itu Eunsoo-ya. Eunsoo menepuk-nepuk
pipinya. Dibukanya laci meja kerjanya, dan gerakannya tertahan. Eunsoo
mengangkat sebuah bingkai berisi foto dirinya dan Youngjae, pria yang masih
belum bisa dia lupakan. Eunsoo tersenyum getir. Nyata bahwa dia belum bisa
mengalihkan sosok Youngjae dari pikirannya. Sedangkan saat ini ada pria lain yang
ingin mengenalnya. Memang ini kesempatan Eunsoo untuk melupakan Youngjae, tapi
hatinya mengatakan, ini salah. Dia tidak ingin menjadikan Daehyun objek
pelariannya.
Eunsoo-ya, mobilmu
sudah terparkir di parkiran kantormu. Aku yang membawanya kesana. Aku ingin
mengajakmu makan siang. Bolehkah ?
Message dari Daehyun, Eunsoo cepat-cepat mengetik balasan...
Mianhae Daehyun-ah.
Aku sibuk hari ini, banyak klien yang membutuhkanku. Aku tidak bisa
meninggalkan kantor.
Memang benar, saat ini ada 3 klien yang menunggunya dan
Eunsoo tidak yakin bisa melewatkan jam makan siangnya dengan nyaman. Selain
itu, dia ingin menghindari Daehyun untuk sementara waktu.
Geurasseo... Fighting
Eunsoo-yaa ^^
Daehyun kecewa. Memang dia baru saja diberi tahu asisten
ayahnya jika saat ini kantor afiliasi ayahnya sedang ramai oleh klien.
Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia menekan speed
dial no.1 di ponselnya dan langsung terhubung ke ponsel ayahnya.
“Abonim, Na ya.. Daehyun.”
****
“Eunsoo ssi, Jung Jihoon ssi ingin berbicara denganmu sekarang,
line 1.” ujar asisten pemilik kantor afiliasi ini. Eunsoo segera mengangkat
telepon yang ada di atas mejanya setelah meminta ijin ke kliennya.
“Lee Eunsoo imnida.... Ne,arrasseumnida... Baiklah Jung Jihoon
ssi, saya akan menyiapkan berkas-berkasnya.”
Eunsoo menutup teleponnya. Beliau meminta Eunsoo
menemaninya meeting dengan klien di
suatu restoran di Apgujeong. Sedangkan klien yang sedang dia tangani sekarang
akan dialihkan ke rekan kerjanya yang lain. Walaupun Eunsoo masih satu tahun di
kantor itu, tetapi hasil rancangannya sangat memuaskan, sehingga sering
dimintai tolong langsung menangani proyek orang ternama di Seoul.
Sesampainya di
restoran....
“Perkenalkan Lee Eunsoo ssi, ini anak lelaki kedua saya,
Jung Daehyun.” Eunsoo tidak bisa menyembunyikan raut wajah kagetnya. Sedangkan
Daehyun hanya tersenyum lebar sembari mengulurkan tangannya.
“Kita belum berkenalan secara resmi Eunsoo ssi.” Tuan Jung
tersenyum melihat mereka berdua. Daehyun mengutarakan bahwa dia tertarik dengan
salah satu pegawainya, Lee Eunsoo. Secara tidak langsung putranya ingin
mengenalkan Eunsoo pada dirinya. Oleh karena itu, ia meminta tolong pada
ayahnya untuk mempertemukan dirinya dengan Eunsoo. Tuan Jung langsung
menyanggupi, lagipula selain Lee Eunsoo adalah wanita baik dan berbakat di
kantornya, Tuan Jung sesekali memang ingin membantu Daehyun jika dia meminta
sesuatu. Hal yang sangat jarang dilakukan Daehyun yang lebih sering mengerjakan
sesuatunya sendiri.
“Naneun Jung Daehyun imnida. Saya berasal dari Busan dan
sedang dalam proyek pengembangan cabang hotel saya di Seoul.”
“Naneun Lee Eunsoo imnida. Interior designer di Jung
Corporation.” Eunsoo beralih ke atasannya.
“Jung Daehyun ssi yang akan jadi klien saya hari ini, benar
begitu... Jung Jihoon ssi ?” Ahh, marga mereka memang sama. Hmmm
geuraetjii.. tak heran jika Daehyun mengetahui nomor ponselku. Dia mempunyai
akses penuh ke perusahaan ini.
“Iya, tepat sekali.
Dia meminta tolong Anda untuk merancang konsep kamar kelas platinum
untuk hotel cabangnya. Anda sanggup kan Lee Eunsoo ssi ?” Hal yang sebenarnya cukup mudah dilakukan, karena Eunsoo
sudah sering melakukannya. Tetapi...
“Saya sanggup Jung Jihoon ssi.”
“Baiklah, untuk prosedurnya saya serahkan kepada Anda,
Eunsoo ssi. Maaf, saya harus pamit dahulu karena ada urusan mendadak di kantor.
Daehyun, tolong berlaku sopan kepada Eunsoo ssi. Geurom.”
Daehyun dan Eunsoo membungkuk kepada Jung Jihoon. Setelah
ayahnya pergi, Daehyun mempersilahkan Eunsoo duduk di kursi yang berhadapan
dengan tempatnya. Mereka memesan makanan, dan Eunsoo segera mengeluarkan
berkas-berkas kontrak yang harus ditanda tangani mereka berdua. Daehyun
memperhatikan gerak-gerik Eunsoo.
“Eunsoo –ya. Mwohaesseumnika ?”
“Saya sedang bekerja. bukan begitu Daehyun ssi ?”
“Tsk.. Geumanhae... Ini jam makan siang. Aku sebagai
klienmu saat ini memintamu untuk berhenti bekerja sejenak dan menikmati makan
siangmu. “ Sembari mengatakan hal itu, Daehyun menutup map berisi kontrak dan
menaruhnya di atas kursi kosong di sampingnya.
“Dan meskipun kita dalam ikatan kontrak kerja, aku
memintamu tidak memanggilku dengan sebutan ‘Daehyun-ssi’ arrasseo ?”
“Tapi...”
“Tidak ada tapi-tapian, bukankah permintaan klien harus
dipenuhi ?” Eunsoo menghela nafas.
“Baiklah.. baiklah...” Sungguh
pemaksa sekali orang ini. Eunsoo menghela nafasnya sekali lagi. Rencanaku untuk menghindarinya tidak akan
sukses...
Pesanan datang. Meskipun enggan, Eunsoo segera mengabiskan
makanannya dengan cepat. Daehyun yang melihat hal itu hanya terdiam.
“Kamu enggan mendapat klien sepertiku ?” Eunsoo
menghentikan makannya dan menatap Daehyun.
“Tidak, aku tidak merasa begitu.”
“Geotjimal.”
“Nan geotjimal aniya.” Eunsoo membuang mukanya. Pandangan
mata Daehyun seakan dapat membaca hatinya.
“Eunsoo –ya ...” Daehyun tidak melanjutkan kata-katanya. Apa yang terjadi padanya ? Baru tadi pagi
wajah itu tersenyum dan sekarang seakan dia tidak ingin melihatku.
“Apakah Anda sudah selesai makan ?” ujar Eunsoo sangat formal. Daehyun
mengangguk.
“Baiklah, mari kita diskusikan konsep yang Anda inginkan.”
Apartemen
Daehyun....
Daehyun frustasi. Selama diskusi konsep tadi siang, tak
sekalipun Eunsoo tersenyum padanya. Seperti
seorang profesional interior design, ah tidak.. bahkan seorang profesional pun
akan tersenyum pada kliennya. Sedangkan Eunsoo seakan.....
“Arrggghh... wae
irreokhae Eunsoo-ya?” Daehyun mengacak rambutnya. “Geundae, wae irreokhae na ya ?”
Daehyun tersadar, dia mulai menyukai wanita itu. Keanggunannya,
senyumnya, kecantikannya, tangguh, dingin, tak tersentuh... Daehyun tertawa.
Daehyun mengingat wanita-wanita yang pernah dikencaninya selama ini. Mereka
semua sama, ketika mengetahui bahwa dia pemilik hotel ternama dan anak dari
salah satu arsitek terbaik di Korea, mereka berubah seperti serigala yang haus
akan harta. Tapi Eunsoo berbeda, dia tak terpengaruh sedikitpun, bahkan
sekarang seakan menghindarinya. Itulah yang membuatnya ingin mendapatkan
Eunsoo, menjadikan dia miliknya.
****
Berbagai cara dilakukan Daehyun untuk menarik perhatian
Eunsoo tetapi wanita itu tetap saja memperlakukan Daehyun layaknya seorang
klien penting. Meskipun mereka tidak memanggil dengan sebutan formal, tetap
saja sikap Eunsoo dingin padanya, dan Daehyun sangat membenci hal itu. Ajakan
makan siang atau makan malam dari Daehyun pun ditolak. Tapi, Daehyun tetap
tidak putus asa. Karena semakin Eunsoo menghindarinya, semakin dia memantapkan
hatinya untuk mendapatkan Eunsoo.
Sebulan berlalu sejak pertemuan mereka dan proyek Daehyun
mulai dilaksanakan. Selama proses pembangunan hotel tersebut, Daehyun selalu
rutin mengunjungi proyeknya dan melakukan perjalanan Busan – Seoul
berkali-kali. Intensitas bertemu dengan Eunsoo pun berkurang. Meskipun begitu,
dia terus menerus merindukannya. Hingga pada bulan kelima, ketika proyek hotel
itu sampai pada tahapan finishing
interior, Daehyun dan Eunsoo datang berkunjung dan mengawasi penempatan
interior hotel. Daehyun sangat kelelahan karena dia baru saja kembali dari
Busan, tetapi dia tetap menampilkan wajah tersenyumnya, demi Eunsoo. Ketika
melihat-lihat dan mengecek beberapa perkembangan, tiba-tiba...
“Nona Lee, Awas !!!” sebuah kandelar lepas dari engselnya,
tepat diatas Lee Eunsoo. Refleks, Daehyun langsung mendorong Eunsoo menjauh. Tetapi
terlambat, kandelar itu justru mengenai kepala Daehyun. Daehyun terhuyung dan
pingsan, darah mengalir deras dari kepalanya.
“Daehyun –ah.. DAEHYUN IREONA jebal !!” raut wajah Eunsoo
pucat pasi, dia berteriak kepada mandor untuk segera memanggilkan ambulans.
Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, tak henti-hentinya dia mengenggam tangan
Daehyun. Eunsoo terus menemaninya hingga Daehyun mendapat perawatan di rumah
sakit. Orangtua Daehyun dan kakak lelakinya datang pada malam harinya. Ibu
Daehyun berusaha menenangkan Eunsoo yang masih gemetar. Eunsoo melihat blouse
nya dan menyadari bahwa blouse nya terkena percikan darah Daehyun. Dia bergidik
melihat wajah Daehyun yang berangsur pucat tadi. Air matanya mengalir. Dia
tidak peduli, hanya satu yang dia inginkan sekarang. Melihat senyum Daehyun
kembali.
“Permisi, apakah ada dari kalian yang bernama Lee Eunsoo ?”
tanya perawat dari dalam ruang ICU. Mendengar namanya disebut, Eunsoo langsung
merespon.
“Saya. Ada apa ?”
“Pasien sudah sadar, dia terus menerus memanggil Anda. Mari
silahkan masuk.” Eunsoo mengikuti perawat itu masuk setelah mendapat izin dari
ibu Daehyun. Membutuhkan keberanian yang cukup bagi Eunsoo ketika memasuki
ruang ICU.
“Dia kehilangan banyak darah, jangan mengajaknya berbicara
banyak dulu.” ujar perawat. Dan disanalah ia, tersenyum lemah kepadanya setelah
seharian tak sadarkan diri, dengan kepala penuh perban. Langkah Eunsoo
terhenti.
“Eunsoo –ya. Nawara.” Eunsoo mendekati Daehyun dan duduk
disampingnya. Tangan Eunsoo menggenggam tangan Daehyun yang dibalas oleh
Daehyun. Genggamannya Lemah, tak sekuat saat dia menggenggam bahunya dulu.
“Mianhamnida.” bisik Eunsoo tertahan.
“Sssttt, aku bersyukur kamu tidak terluka sedikitpun.”
Daehyun tersenyum. “Ahh.. maafkan aku, blouse mu kotor karenaku.”
“Gwenchanayo... Maafkan aku, seandainya saja aku yang
tertimpa..”
“Seandainya kamu yang tertimpa kandelar itu, aku akan lebih
menyalahkan diriku sendiri karena gagal telah melindungimu. Naneun namja iyeyo
Eunsoo-ya, sudah seharusnya aku melindungi wanita yang aku sayangi.” potong
Daehyun.
“Mworago Daehyun –ah ?”
“Saranghaeyo
Eunsoo ya.”
To be continued ~~
pictures credit : @BAP_Daehyun's twitter ; vocal & visual