29.6.13

(2nd Sequel) Our Heartquake Story : Celebrate

Ditulis oleh Aninditya di 6/29/2013 12:17:00 AM
Celebrate even heaven congratulates us
Celebrate the world becomes our background (we're the main role)
Stay by my side, I love you baby girl
~~MBLAQ Celebrate 

“Ugghhh....” aku mengerjapkan mataku, seseorang telah membuka tirai jendela kamar hotel tempatku menginap.

“Seseorang ?” aku terkesiap. Pandanganku tertuju pada bagian ranjang di sebelahku dimana aku tertidur. Tak ada orang. Tapi jelas sekali bekas ditiduri seseorang. Jantungku berdetak lebih kencang ketika mengetahui hanya underwear dan selimut tipis ini yang menutupi tubuh telanjangku. Apa yang telah terjadi semalam ?

“Eunsoo –ya , kau sudah bangun ?” aku cepat-cepat menoleh ke sumber suara. Daehyun baru saja keluar dari kamar mandi, mengeringkan rambut basahnya dan hanya memakai kimono hotel. Dia kekasihku, tentu saja. Tapi kenapa dia ada di kamarku sekarang ? TIDAK, ini bukan kamarku.

“Apa kau lapar ? Bagaimana jika aku pesankan sarapan ?” ujarnya duduk disamping ranjang, mengelus rambutku. Aku hanya terdiam, tak ingat apapun yang terjadi semalam. Tiba-tiba aku merasa ingin menangis.

“Wae jagiya ? Kenapa kau diam saja ?”

“Semalam.... apa yang terjadi ?”

“Kau tidak ingat apapun ?” aku menggeleng cepat. Daehyun tersenyum.

“Kau tertidur selama perjalanan kembali ke sini. Aku terpaksa membawamu ke kamarku, karena aku tidak bisa menghubungi Jongup. Dan...” Daehyun menatap badanku yang masih tertutup selimut, sedikit tertawa. “Kau tahu bagaimana aku mati-matian menahan diriku untuk tidak menyentuhmu saat kau mulai membuka pakaianmu karena kepanasan ? Kau mengigau semalam.”

Aku hanya melongo mendengar penjelasannya. Wajahku memerah karena malu. Perlahan-lahan potongan peristiwa menyergap memoriku. Aku mabuk, hanya karena dua gelas wine yang aku minum selama penerbangan. Daehyun berusaha mengingatkanku tetapi aku tak menggubrisnya. Terakhir kali aku ingat ketika taksi membawa kami dari bandara menuju hotel. Aiiisshh jinja !!

Dia melanjutkan,  “Suatu kesalahan membiarkanmu tertidur di ranjangku semalam. Bagaimanapun aku namja, jagi. Jangan salahkan aku jika aku menyerangmu dalam tidur.” Daehyun terkekeh.

“YA !!!” wajahku memerah.

“Tapi semalam merupakan kesalahan yang menyenangkan. Terimakasih telah membuatku tertawa.” ujarnya mencium bibirku. “Tenang saja, untuk kali ini aku tidak akan menyerangmu tanpa seizinmu jagiya. Walaupun aku harap kau segera memberikannya padaku.”

Aku memukul pelan lengannya dan tersenyum padanya, memberi isyarat padanya untuk berbalik badan karena aku ingin memakai pakaianku. Dia hanya bergumam tak setuju, seperti toh dia sudah melihatku nyaris telanjang. Tapi tetap, dia membalikkan badannya menghadap tembok.

“Geundae, Daehyun –ah, kau sudah mendapat izin orangtuaku dan Yongguk oppa  -walaupun dengan susah payah- untuk menikahiku. Kau juga sudah mendapat izin orangtuamu. Tapi kau tidak pernah menanyakan apakah aku ingin menikahimu bukan ? Bagaimana aku memberikan izin padamu untuk menyentuhku ?”

“Apakah kau sudah selesai berganti pakaian ?”

“Nee...”

“Sekarang giliranku berganti pakaian dan aku akan mengantarmu ke kamarmu.”

Aku menurut, tapi dalam hati aku terus menanyakan mengapa Daehyun tidak menjawab pertanyaanku.

“Ya, Eunsoo –ya, aku tahu jika badanku memang bagus. Tetapi tetap saja aku malu jika kau melihatku dengan pandangan seperti itu jagiya.” Daehyun tesenyum menggodaku.

Aku tergagap, terbangun dari lamunanku. Aku tak menyadari bahwa daritadi aku terus memandang sosok Daehyun yang sedang membuka lemari pakaiannya. Wajahku memerah dan aku cepat-cepat membalikkan badanku.

“A... anii. Bukan begitu maksudku ?” tak ada jawaban.

“Bukan begitu bagaimana ?” Wangi aftershave yang maskulin menyergap hidungku. Daehyun memelukku dari belakang. Dia sudah berpakaian lengkap dengan jeans hitam, kaos putih dan kardigan abu-abu.

“A.... ani....” Daehyun mencium pipiku singkat, menambah rona merah pada pipiku. Dia akhirnya melepas pelukannya dan mengambil tasku.

“Ya, Jung Daehyun, kenapa kau senang sekali menggodaku sih ?”

“Sederhana, karena aku senang melihat wajah calon Nyonya Jung memerah karena malu. Apa kau tidak pernah berkaca bagaimana cantiknya dirimu saat kau gugup ?” dia menarik tanganku ke depan cermin.

“Lihat...” dia lagi-lagi memelukku dari belakang, kali ini dia menyibakkan rambutku dan mencium leherku singkat. Jelas sekali, wajahku memerah karena malu dan aku gugup.

“Yaaaa !! Hajima...” aku melepaskan pelukannya.

“Hahaha, kajja !!” dia menggandeng tanganku menuju kamarku, dengan tangan satunya membawa tasku.

“Yak !! Aku akan menunggumu di sini dan setelah itu kita sarapan bersama.” ujar Daehyun semena-mena sambil duduk di sofa kamarku.

“Tsk.. arrasseo.”

“Cepatlah mandi, aku lapar sekali.”

“Ne... Tuan Jung Daehyun.”

Aku mendapati diriku sendirian di kamar setelah selesai membersihkan diri. Daehyun tidak ada. Tsk, sebegitu laparnya kah dia hingga meninggalkanku untuk sarapan? Aku cepat-cepat berganti pakaian dan mendapati ada secarik memo tertempel pada ponselku. Benar, dia sudah berada di restoran hotel. Menyebalkan !!

Bersungut-sungut, aku segera memakai highheels ku dan membuka pintu kamar. Sesuatu terjatuh, kalung dengan liontin cincin mengenai sepatuku.

“Igo bwoya ??” keinginanku bertemu Daehyun semakin kuat setelah melihat cincin itu. Aku memasukkan kalung itu ke tasku, menyusul Daehyun dibawah.

“Eunsoo –ya, nawara !!” ujar Daehyun tersenyum lebar saat aku memasuki restoran.  Dia sedang mengambil nasi goreng. Aku menjejerinya, dan memilih mengambil secangkir cappuccino dan setangkup toasted bread.

“Nasi goreng Indonesia memang enak.” ujarnya puas. Aku mengurungkan niatku menanyakan perihal kalung itu. Rasa jengkel karena dia meninggalkanku pun hilang setelah melihatnya makan dengan lahap. Pria.... memang suka sekali makan, bukan ?

“Ada apa Eunsoo –ya ? Kau sedang tidak bernafsu makan ?” tanyanya ketika melihatku hanya memainkan cangkirku. Tangan kiriku terus memegangi tasku.

“Aniya... geundae, igo..” aku mengeluarkan kalung berliontin cincin itu dari tasku. Cincin titanium dengan ukiran namaku di bagian dalamnya. “... cincin ini...” aku bingung ingin menjelaskan bagaimana. Aku lihat Daehyun tersenyum lembut, dia merogoh kantong celananya.

“Lihatlah, aku juga memiliki kalung yang sama... Tanganmu.” Daehyun menarik tanganku pelan, dia mengeluarkan cincin dari untaian kalungnya. Cincin titanium yang sama, hanya saja memiliki ornamen kristal swarovski putih yang indah, cincin itu memiliki nama Daehyun terukir di dalamnya. Bisa kurasakan tangannya bergetar pelan saat memegang tanganku. Dia gugup.

“Kau tadi pagi menanyakan kapan aku memintamu menikahimu bukan ?” Daehyun tersenyum, memasukkan cincin itu di jari manisku.  “Dengan ini, aku memintamu. Maukah kau menjadi istriku Eunsoo –ya ?”

Speechless. Aku terharu bahagia, dan bisa kurasakan mataku berkaca-kaca.

“Hahaha. Uljima...” Daehyun tertawa dan menyeka air mataku yang mulai jatuh.

“Tidak romantis sama sekali !!” ujarku pelan. Tawa Daehyun semakin keras.

“Sebenarnya aku ingin melamarmu nanti, saat dinner di pantai Eunsoo –ya. Hanya saja, aku tidak sabar menunggu waktu itu tiba. Lagipula aku tidak tahu kapan kau memiliki luang bersamaku disini jagi.” ujarnya melirik Jongup yang baru saja memasuki restoran, membawa agendaku di tangannya.

“Geurom, sepertinya dengan sangat tidak rela, aku harus melepasmu ke tangan Jongup, Eunsoo –ya.” ujarnya, ingin memanggil Jongup.

“Chankamannyo. Apa kau lupa aku belum menjawab permintaanmu ?” Aku menarik tangannya paksa, mengeluarkan cincin titanium itu dan menyematkannya ke jari Daehyun.

“Aku bersedia menjadi istrimu Daehyun –ah.” ujarku, kemudian mengecup punggung tangannya singkat. Sekarang giliran Daehyun yang terpana melihat aksiku.

“Hajima, aku malu jika kau melihatku seperti itu.” ujarku nyaris berbisik. Daehyun salah tingkah kemudian tertawa untuk menutupi rasa malunya. Baru kali ini aku melihat seorang Jung Daehyun yang sangat percaya diri seperti ini.

“Hahaha, maaf jika tidak romantis. Juga maaf meninggalkanmu sendirian tadi karena aku ingin menenangkan diriku dulu sebebelum menemuimu.” aku menggeleng cepat. Jujur saja, ini merupakan hal paling romantis yang pernah aku terima selama ini. Daehyun memajukan badannya, mengecup pelan keningku.

“Aku ingin menciummu, memelukmu dan mengatakan padamu bahwa aku sangat bahagia saat ini Eunsoo –ya. Andai saja...” dia memandang sekeliling “... tidak ada orang disini.”

“Hahaha, andai saja... oppa.” aku mengecup pipinya singkat. Meninggalkan rona merah pada wajahnya. Dia tertunduk. Ya Tuhan, manis sekali.

“Daehyun –ah, wae irreoseumnika ? Bukankah apa yang kau lakukan padaku lebih dari sekedar itu ?” aku tertawa.

“Kau tidak mengerti ....”

“Apa yang aku tidak mengerti ... oppa ?” Senyumnya mengembang ketika aku memanggilnya dengan sebutan itu. Sayangnya, aku harus berhenti mengerjainya karena Jongup menghampiri meja kami. Mulai menjelaskan padaku bahwa jadwal kami sangat padat hari ini. Daehyun sempat protes ketika Jongup mengatakan kami harus meninjau penempatan interior  yang akan di pasang di resort. Dia teringat akan kecelakaan tiga tahun lalu.

“Jaga baik-baik calon istriku, Jongupie. Atau kau akan menerima akibatnya jika ada goresan sedikitpun di tubuhnya.” ujar Daehyun, entah sudah keberapa kalinya dia mengatakan hal ini sepanjang perjalanan restoran hingga tempat parkir.

“Arrasseo hyung.” Jongup segera masuk ke kursi pengemudi.

“Chankamannyo.” Daehyun menarik tanganku pelan, berbisik di telingaku. “Aku sudah memiliki izin untuk menyentuhmu saat  kau menerima lamaranku bukan, jagiya ?”

“Mwo ?? Yaaa !!!” kurasakan wajahku panas dan untuk menutupinya tanganku refleks ingin memukul lengannya. Tapi dia menahan tanganku dan mengecup bibirku cepat.

“Aku tidak mau menerima alasan lagi, kau harus mengizinkanku.” ujarnya sembari mendorongku masuk ke kursi penumpang.

“Malam ini.” ujarnya tersenyum lebih lebar, saat melihat diriku yang tidak tahu harus menjawab apa.


picture credit : as tagged

12 komentar:

Anonim mengatakan...

Daehyuuun~~
Romantiiiis~~~
Itu kemana lanjutannyaaaaa?????
Masa udh selesai lagi siiih?? Nge gantung dong ceritanyaa TT____TT
Ga rela aku kalau itu ga dilanjutin *hiks*
Eon, jago bikin aku penasaran sekaligus kesel ya T__T

Aninditya mengatakan...

lanjutannyaaa ?? eummm lagi proses penulisan :D
tapi mungkin lanjutannya ga di post di sini hehehe
ntar mungkin.. euummm ya gitulah rate nya..
hahahahaha *author bingung ngejelasinnya gimana* :P

ditunggu aja ya :D

Anonim mengatakan...

Waaa dita~ ih waawww.. hasil ngeyadong slma ini sdkt2 bs kesalur ya kayaknya :D

bagus ko dit, menarik jln ceritanya dari awal cerita mpe skg..
tp ada setujunya ma slh satu komen yg ada di chapter sblmnya, klo rada kecepetan plotnya XD

tp untuk orang yg ga pernah bisa kelar nulis seperti saya, ini udah d[^^]b
lanjut yang ketiga aaahhhh :p
kaget lhohh waktu liat dita nulis FF NC :3

Aninditya mengatakan...

hehehe hehehe hehehe
yaahh paling ga ada gambaran lah unnie :P LoL
Daehyun udah pas kan penggambarannya ? :))

okay unnie, berarti kecepetan yaa.. iya sih, ada yg bilang harusnya lebih di menderita in si eunsoo itu hahah
gomawooo ~~ :*
lah kan ajaranmu unn :P #ups

Anonim mengatakan...

annyeong chigu :) aku reader baru nih, hehe
bagi pw nya dong chigu^^

Aninditya mengatakan...

chingu ada akun twitter ? nanti saya mention kan ke chingu pass nya :))

Anonim mengatakan...

udah aku mention td eon:)

Anonim mengatakan...

setiap cerita beda2 ya pw nya eon?

Anonim mengatakan...

aaaaaa~ author mah demen bgt bikin ridernya (rd:saya) senyum2 gaje >< itu ya ampun daehyun romantis bgt astaga~ ><

Anonim mengatakan...

author bagi pwnya boleh dong ya :3
*readerbarubanyakpermintaan-_-

Aninditya mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Eonni minta pw nya dng :( 3rd sequel gk kebaca

Posting Komentar

 

Annyeong to my crazy corner ! Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review