I am
a man for you
Even if I meet another women, there's no use
Even if I meet another women, there's no use
Yes,
It has to be you
Open your heart I Belong to You
I
tell you like this You know well that it has to be you for me
~~ MBLAQ I Belong to You
“Euuhmmmm....” aku mengerjapkan mataku, matahari pagi Bali telah masuk melalui jendela yang terbuka tirainya.
“Euuhmmmm....” aku mengerjapkan mataku, matahari pagi Bali telah masuk melalui jendela yang terbuka tirainya.
“Akhirnya
kau bangun juga tuan putri.” ujar seorang wanita. Aku cepat-cepat menoleh dan
memekik kegirangan. Jung Sora ada disini !! Dia memelukku hangat. Kemudian aku
menyadari sesuatu. Bukankah tadi malam
aku dan Daehyun....
Refleks
aku melihat tubuhku. Syukurlah, Daehyun telah memakaikan piyama hotel di
tubuhku yang sebelumnya naked.
Tetapi, pria itu tidak ada di kamar ini.
“Dimana
Daehyun ?”
“Dia
meeting dengan kontraktor resort pagi
ini. Dia juga sudah berpesan padaku untuk mengantar tuan putri ini fitting gaun pengantin sekarang juga.”
“Mworago
? Aku tidak bisa.”
“Wae
? Berkas-berkasmu ? Daehyun sudah meminta Jongup memeriksanya dan sekarang asistenmu
sedang dalam perjalanan menemui kontraktor bersama Daehyun.” Aku hanya
mengangguk. Lagi-lagi Daehyun melakukan
semuanya sendiri.
“Cepatlah
bersiap-siap. Kau tidak ingin ditemukan oleh orang tuamu maupun orang tua
Daehyun
di kamar ini bukan. Lihat dirimu. Tak mungkin orang berpikir tidak
terjadi sesuatu padamu dan Daehyun semalam. Lagipula mengingat hotel ini yang
memiliki lounge kamar saling terpisah satu dengan lainnya... ” Sora terlihat
puas dengan pernyataannya. Mukaku hanya memerah mendengarnya. Wanita ini memang...
“Tunggu apa lagi ?” ujarnya.
“Arrasseo
!!” aku segera berganti pakaian. Sora mengatakan, barang-barangku sudah
dipindah ke kamarnya, sehingga aku langsung menuju ruangannya. Setelah aku
membersihkan diri dan memakai pakaianku, aku mendapati orangtuaku dan orangtua
Daehyun sudah berada di ruang tamu kamar Sora.
“Eomma
!!” Aku menghambur ke pelukannya, kemudian memeluk appa ku yang memelukku lebih
erat. Ekor mataku menangkap sebuah gaun berwarna putih di sudut ruangan. Aku
melepas pelukan mereka dan berjalan menuju gaun itu. Dua orang stylist dan Jieun unnie menyambutku.
“Ini...indah
sekali.” Tanganku menelusuri gaun yang akan aku kenakan besok. Gaun putih
berpayet kristal dan mutiara. Aku tahu gaun ini adalah rancangan Jieun unnie
yang diminta khusus oleh Daehyun. Jieun unnie terlihat puas dan mengatakan dia
cukup kewalahan memenuhi permintaan Daehyun yang sangat detail. Stylist segera membantuku memakai
gaunku, sedangkan Sora membantu menata rambutku.
“Aku
sungguh tidak percaya wanita itu aku.” ujarku lirih melihat sosokku sendiri di
cermin.
“Ya..
itu adalah kamu sayang. Putri Eomma satu-satunya yang akan menikah besok.” Aku
merasa mataku memanas, air mata telah membasahi pipiku. Besok aku akan menikah, besok...
“Kami
bersyukur mendapat menantu sebaik dan secantik dirimu.” ujar ibu Daehyun dan
ayahnya, Jung Jihoon. Aku membungkuk hormat pada mereka berdua, kemudian
memeluk ibu Daehyun.
“Panggil aku eommanim, arra ?” aku mengangguk
mengiyakan.
Jung
Jihoon terkekeh, “Aku mengirimmu kemari untuk bekerja tapi kalian justru
melangsungkan pernikahan di sini. Mulai saat ini panggil aku abbeoji, Eunsoo
–ya.” Aku tersenyum dan mengangguk pada atasan yang akan menjadi ayah mertuaku.
Sungguh,
aku bahagia sekali saat ini. Makan siang kali ini terasa sangat menyenangkan
karena orang tua kami langsung akrab. Kemudian ditambah keponakanku dan Daehyun
yang baru saja tiba siang ini. Junhong terus bermain bersama Yoogeun dan aku
terus mengawasi tingkah mereka berdua yang sangat menggemaskan. Hanya saja,
Daehyun belum kembali dari meetingnya.
“Ahjummaaa....”
Junhong menarik bajuku. “Aku ingin pipis.”
“Nee,
sebentar ya.” aku melihat istri Yongguk oppa sedang mengobrol dengan Jieun
unnie, sedang Yongguk oppa sedang asyik mengobrol dengan Byunghee oppa.
Terpaksa, aku yang mengantar Junhong ke toilet.
Aku
terus menerus mengecek ponselku selama menemani Junhong... Sejak makan siang dimulai Daehyun tidak
menjawab panggilanku, message ku juga tak di balasnya. Aku mulai khawatir. Kemana kau Daehyun –ah...
“Ahjumma...
Igo Daehyun ahjussi majja ?” Aku mengikuti arah yang Junhong tunjukkan. Benar dia Daehyun, bersama...
“Junhong
–ah, ahjumma ada urusan sebentar, Junhong bisa kembali ke restoran sendiri ?”
Dia mengangguk mengiyakan. Setelah memastikan Junhong berlari ke arah yang
benar, aku melangkahkan kakiku menuju tempat dimana Daehyun terakhir kali
terlihat. Membuntutinya tentu saja.
Cukup
lama aku membuntuti mereka, hingga pada akhirnya wanita itu, Choi Mirae dan
calon suamiku memasuki sebuah lounge. Aku berindap-indap di samping jendela
“Jujur
saja, kau masih menyukaiku bukan Daehyun-ah ? Apa kau ingin merasakan tubuh
wanita lain sebelum menjamah tubuh istrimu ? Oh, apakah kau sudah menghamilinya
sehingga kau melangsungkan pernikahan secepat mungkin ?”
Aku
bisa merasakan darahku berdesir mendengarnya. Tak terasa tanganku terkepal,
ingin rasanya aku menonjok wajah wanita itu sekarang.
“Apa
kau ingin merasakan lagi malam ketika kau menyentuhku Daehyun –ah .” Deg !! Mwo ?
“Jangan
bercanda, meskipun aku mabuk saat itu, aku tidak sudi menyentuhmu.”
“You
got my point, kau mabuk saat itu dan kau tidak sadar apa yang kita lakukan.”
“Kau
menjijikkan....” Sudah cukup !! Aku
meninggalkan tempat itu segera. Sialan
kau Jung Daehyun !!
Bisa
aku dengar nada tinggi Daehyun pada wanita itu dan pintu yang terbanting dengan
keras. Sepertinya Daehyun menyadari keberadaanku karena suara heels ku. Tapi aku tak peduli. Aku terus melangkahkan kakiku menjauhi tempat itu.
Daehyun mengejarku.
“Eunsoo
–ya.” Aku tidak menoleh sama sekali, dia terus berjalan. Daehyun akhirnya berhenti
di depanku, dan aku hanya memberikan tatapanku yang paling membunuh. Kutepis
tangannya dari pundakku.
“Eunsoo
–ya, dengarkan aku.” Aku tak mau tahu.
Aku sendiri tidak tahu dengan pasti apa yang aku rasakan. Marah, frustasi,
kecewa... aku hanya ingin sendiri.
“Jagiya..
jebal.” Aku menatapnya marah.
“Mwo
? Apa pembelaanmu kali ini Jung Daehyun? fakta bahwa kau pernah mabuk kemudian
tidur bersamanya, huh ?”
"Jinja aninde."
"Aninde mwo ? Bahwa itu semua benar bukan ?"
“Aisshh.”
Daehyun menggenggam pergelanganku.
“Lepaskan
aku Jung Daehyun !” Sekuat apapun aku meronta dia terus menarikku paksa ke arah
kamar lounge nya. Area tanganku yang digenggamnya terasa panas. Daehyun memasukkan
kartunya pada slot kunci pintu dengan mudah. Saat itulah aku berusaha menyentakkan
tanganku tetapi tetap gagal.
“Diamlah.”
Dia
menarikku masuk dan mendorongku hingga bersandar pada dinding, kemudian
mengunci tubuhku. Jarak kami hanya beberapa senti.
“Appoo
!!” aku berteriak, berusaha melepaskan diri darinya. Tapi Daehyun terus
menahanku, menatap mataku dalam seperti binatang buas yang mendapat mangsanya.
Satu tangannya menahan pergelangan tanganku di atas kepalaku.
“Dengarkan
aku Eunsoo ya...”
“Sirheo
!!”
“Dengarkan
aku !!!” Daehyun meninju tembok di sebelah kananku. Aku seketika terdiam.
Daehyun terengah-engah menahan kesabaran dalam dirinya. Kemudian dia merengkuh
tengkukku dan mencium bibirku kasar. Aku masih meronta berusaha lepas darinya,
tapi tak bisa. Lutut Daehyun ditopangkan di sebelah badanku sehingga aku
benar-benar terkunci. Dia terus menciumku, tetapi aku menolak membuka bibirku. Daehyun
frustasi. Dia menarik rambutku, membuatku menengadah. Perlakuannya memberikan
akses mudah baginya karena aku sedikit membuka mulutku untuk berteriak. Tetapi
teriakanku langsung terbungkam karena ciuman kasarnya.
Oh..
betapa aku sangat menyukai hal ini...
Daehyun
terus menciumku, mengeksplorasi rongga mulutku dan mengabsen gigiku. Oh God !!! Aku harus mengakui aku
menikmati hal ini. Aku menyerah dengan tubuhku dan mulai menikmati ciuman
panasnya. Daehyun sudah tidak mencengkeram tanganku lagi. Tangannya menelusup
ke tengkuk dan belakang kepalaku, membantunya memperdalam ciuman kami sedang
tangan yang satunya terus memelukku.
Dan
tanganku, tergantung lemas di pundak Daehyun...
“Mianhamnida,
jongmal.” ujarnya di sela-sela ciuman kami. “Aku tidak melakukan apapun dengan
Mirae. Aku dijebak. Aku bisa memberikanmu bukti jika kau menginginkannya.”
Ciumannya sekarang terasa lembut. Aku menarik diriku darinya, pertahananku
runtuh dan mulai menangis. Ketakutan melandaku. Sekarang aku tahu apa yang aku
rasakan.
“Daehyun
–ah, jebal... kajima.” aku memohon padanya. Tiba-tiba tubuhku terasa lemas. Aku
terduduk di lantai. Daehyun segera berjongkok dihadapanku, kebingungan.
“Kajima....”
seperti anak kecil yang ditinggal ibunya, aku menggenggam lengan Daehyun, masih
menangis. Entahlah, aku sungguh tak ingin kehilangan pria ini lagi.
“Wae
irreohkae jagiya ?” Daehyun menggendongku ala bridal style, aku langsung
membenamkan wajahku pada bahunya. Dia mendudukkanku di sofa.
“Aku
tidak akan meninggalkanmu jagiya. Ingatkah bahwa aku pernah bilang bahwa aku
bisa gila jika harus berpisah denganmu ?”
“Please,
trust me...” Daehyun mengelus lembut punggungku, memberikan sensai tenang dalam
diriku. Aku menarik tubuhku, menatap matanya yang teduh menenangkanku.
“Aku...
takut.” ujarku lirih. Daehyun menempelkan dahinya pada dahiku, menggenggam
tanganku erat.
“Aku
disini sayang, aku tidak akan kemana-mana selama kau di sisiku. Kau akan resmi
menjadi istriku besok pagi, dan selamanya, kita akan terikat sampai Tuhan
memisahkan kita dengan mautnya.”
Ketika
akhirnya aku mengangguk dan tersenyum, Daehyun mencium keningku. Dia menarikku
dalam pelukannya, membiarkanku bersandar pada bahu bidangnya. Dia terus mnepuk
pelan bahuku hingga aku tertidur.
Keesokan paginya ....
“Eunsoo
sayang, anakku.” Eomma tak henti-hentinya memberikan pelukan padaku. Matanya
tergenang tetapi senyum terus tersungging di wajahnya. Appa, Yongguk oppa -yang
menggendong Junhong- dan istrinya juga berada di ruang pengantin wanita.
“Aku
masih tidak rela melepas adik cantikku ini untuk si bangsat Daehyun. Kau tidak
menikah cepat-cepat karena.. eummm...” Yongguk terang-terangan menatap perutku.
Aku menyadari maksudnya.
“Ya
!! Oppa !! Igo aninde !” hardikku sambil memukul bahunya pelan. Dia hanya
terkekeh.
“Junhong
–ah, ahjumma yeppo ?” aku bertanya pada keponakanku yang masih berumur 4 tahun.
Anak kecil itu langsung memberikan jempolnya padaku sedang tangan satunya masih
memgang permen loli. Aku mengusap rambutnya gemas.
“Eunsoo
–ya, Appa ingin cucu lagi, bolehkah ?” ujar Appa sambil tertawa terbahak-bahak.
“Appa
!!!” aku hanya tersipu malu, sambil mengalungkan tanganku pada lengannya.
Didepanku sekarang hanyalah sebuat pintu yang langsung menghadap ke arah
pantai, pintu yang memisahkanku pada calon suamiku, Jung Daehyun. Aku
gugup. Mengetahui hal itu, appa
menggenggam erat tanganku, menenangkan.
Pintu
terbuka dan disanalah dia, dengan tuxedo putih dan dasi hitam, tersenyum menawan
menyambutku di bawah kanopi putih dengan latar belakang langit Bali yang biru
dan pasir putih yang indah.
~~~~ Daehyun .....
Aku
tersenyum senang saat melihat calon istriku muncul di balik pintu itu dengan
ayahnya. Dia cantik. Oh, aku tidak berlebihan dalam mengatakan hal ini bukan.
Dia SELALU cantik dan sangat cantik ketika mengenakan gaun pengantin rancanganku.
Aku tersenyum ketika mengingat aku tidak membuat satupun kissmark pada leher jenjangnya saat malam itu.
Aku
menyambut tangan Eunsoo yang diserahkan langsung oleh ayahnya. Kubimbing dia
menghadapku di bawah kanopi dan kugenggam tangannya mantap. Dia tersenyum.
“I
am, Jung Daehyun, I love you unconditionally and without hesitation. I vow to
love you, encourage you, trust you, and respect you. As a family, we will
create a home filled with learning, laughter, and compassion. I promise to work
with you to foster and cherish a relationship of equality knowing that together
we will build a life far better than either of us could imagine alone. Today, I
choose you to be my wife. I accept you as you are, and I offer myself in
return. I will care for you, stand beside you, and share with you all of life’s
adversities and all of its joys from this day forward, and all the days of my
life.”
Aku
mengucapkan janjiku dengan mantap, kepada wanita yang sangat aku cintai di
hadapanku.
~~~~
“I
am, Lee Eunsoo. I take you as you are , loving who you are now and who you are
yet to become. I promise to listen to you and learn from you, to support you
and accept your support. I will celebrate your triumphs and mourn your losses
as though they were my own. I will love you and have faith in your love for me,
through all our years and all that life may bring us.”
Keluarga
dan tamu yang hadir bersorak setelah aku menyelesaikan kalimatku. Aku sungguh
terharu bahagia, dan tak terasa air mataku mengalir. Jung Daehyun, yang saat
ini telah resmi menjadi suamiku, mendekat dan mencium bibirku lembut. Rasanya
kakiku sangat lemas karena terlalu bahagia. Daehyun mengerti dan segera memeluk
pinggangku erat. Prosesi pernikahan berlangsung cepat dan aku tak
henti-hentinya tersenyum.
“Eunsoo
–ya...” Daehyun meletakkan dagunya di atas bahuku yang terbuka. Dia memelukku
dari belakang.
“Gomawo..
Jinja gomawo.” Kurasakan bibirnya mengecup bahuku singkat. Aku menyentuh
wajahnya dengan tanganku dan kucium singkat bibirnya. Lagi, dia justru
membenamkan wajahnya ke bahuku.
“Jung
Daehyun, suamiku, Saranghae.” kugenggam tangannya erat, memastikan ini adalah
nyata. Mimpi indahku yang telah menjadi kenyataan.
“Nado
saranghamnida, my love.” ujarnya pelan sembari mengecup bibirku lembut.
END ~~
I really thank you with all of you who read and love this fanfiction :)