27.5.13

Our Heartquake Story : It's All Lies

Ditulis oleh Aninditya di 5/27/2013 01:13:00 PM 2 komentar
Honestly, I am not a good person -- I am really a jerk
Like a fool like a coward
I couldn’t tell you I loved you
I know feel like I know about your love
The words “come back to me” ~~ B.A.P It's All Lies


Tidak mungkin... 
Untuk beberapa saat mereka saling bertatapan, sama-sama merasa kaget. Daehyun cepat menguasai kecanggungan diantara mereka.

“Jongmal mianhamnida Eunsoo -ssi, lagi-lagi membuat bajumu basah.” Daehyun membungkukkan badannya , mengambil handuk yang tersampir di kursi Eunsoo dan segera beranjak pergi. Eunsoo cepat-cepat pulih dari keterkejutannya.

“Daehyun-ah...” Daehyun tidak menoleh sedikitpun. Kentara sekali dia ingin meghindari Eunsoo.

“Yaa !! JUNG DAEHYUN !!” merasa tidak digubris, Eunsoo mengejar Daehyun, menarik tangannya. Daehyun menoleh, menatap Eunsoo tajam.

Aaa ettokhae ? Mwohaneungeonji ? Eunsoo tiba-tiba menjadi salah tingkah. Baru dia sadari tinggi badannya hanya setinggi bahu Daehyun. Eunsoo perlahan-lahan melepas genggamannya. Daehyun saat itu hanya bertelanjang dada... dan basah. Eunsoo berusaha keras mengalihkan pikirannya ketika melihat badan Daehyun yang terbentuk dengan baik itu.

“Wae geurae Lee Eunsoo ssi ?” ujar Daehyun dengan penekanan pada namanya. Deg !! Sensasi sakit apa ini ?

“Mian..” Suara Eunsoo tercekat dan terus menatap ujung sepatunya. Kata-kata yang dia ingin utarakan terasa susah sekali dikeluarkan. Wae Eunsoo ya ? Ini bukan dirimu.

“Ahh.. temui aku 10 menit lagi di kafe hotel. Kecuali jika kau ingin melihatku dalam keadaan seperti ini, Eunsoo ssi.” hati Eunsoo mencelos. Daehyun segera menuju ruang ganti.

 Kafe hotel.....
“Wae geurae ?” tanya Daehyun cepat, begitu dia duduk di kursi depan Eunsoo.

“Yaa !!! sudah berbulan-bulan kita tidak bertemu dan responmu hanya seperti itu ? Huh !!”

“Ahh yee.. annyeonghaseyo Eunsoo ssi, lama tak berjumpa. Apa kabar ?  Sepertinya kau baik-baik saja dan sedang berbahagia.” ujar Daehyun tersenyum sinis.

Eunsoo menahan kekesalan di dadanya. –ssi ? apa-apaan panggilan itu !! “Seharusnya aku yang bertanya, wae geureoni ? kenapa kamu tidak memberiku kabar ? Aku... aku...” Eunsoo tak bisa melanjutkan kata-katanya. Dia tahu dengan pasti kata selanjutnya.

“Wae ? kenapa kau tidak melanjutkan kata-katamu ?” Eunsoo terdiam, tangannya terkepal. Daehyun melanjutkan.

“Kau ingin mengatakan bahwa kau mengkhawatirkanku ? Atau malah ‘merindukanku’ ? Huh yang benar saja !!” Eunsoo tertegun, damn!! he’s right.

“Aku tahu bahwa kamu mencintai pria lain, Yoo Youngjae. Pria yang saat ini menjadi kekasihmu. Aku juga tahu bahwa kau selalu menyimpan bingkai foto kalian berdua di laci meja kantormu. Aku tahu....” Daehyun menarik nafas sejenak, “bahwa kau tahu pasti, aku mencintaimu. Karena itulah aku memilih untuk melepaskanmu.”

Eunsoo menatap mata Daehyun, hanya terlihat gurat terluka dan kesedihan di sana.

“Dan sekarang, kau menahanku ? Kenapa tidak kau biarkan saja aku ? Apa maumu Eunsoo ssi ? kau ingin menggoreskan luka lagi di hatiku ? Memamerkan kemesraanmu dengan Youngjae di depanku ?” Tangan Daehyun terkepal, menahan pedih di hatinya sendiri. Juga menahan perasaan ingin memiliki wanita itu lagi. She's not yours Daehyun !! Jongmal mianhamnida Eunsoo-ya.

“Aku tidak bermaksud....”

“Geumanhaja... “ Daehyun tidak memberikan kesempatan Eunsoo untuk berbicara, “Aku akan kembali ke Seoul besok siang. Aku harap kamu menikmati liburanmu dan lebih menghormati kekasihmu dengan tidak bertemu denganku lagi. Selamat tinggal Eunsoo –ya.” Daehyun beranjak pergi dari tempat itu. Meninggalkan Eunsoo yang mati-matian menahan laju air matanya.

****
“Eunsoo –ya... nae wasseo..” ujar Youngjae ketika tiba di kamar hotel malam harinya.

“Eo.. bagaimana pekerjaanmu ? lancar ?” ujar Eunsoo membantu Youngjae membuka mantelnya. Salju turun malam ini di Osaka.

“Yep.. member B.A.P sangat kooperatif. Mereka memang suka bermain-main tetapi bisa sangat serius ketika masuk ruang rekaman.” Eunsoo tersenyum.

“Bam mokkosseo ?” tanya Youngjae. Eunsoo menggeleng sembari melihat meja makan yang penuh dengan menu makan malam bagi mereka berdua.

“Neon naega gidarilke. Jal mokja.” Eunsoo menggandeng tangan Youngjae menuju meja makan. Tapi Youngjae malah menarik tubuh Eunsoo mendekat. Menciumnya tepat di bibir. Eunsoo terkejut.

“Aku merindukanmu.” ujar Youngjae menatap mata Eunsoo dalam. Memang ini bukan pertama kalinya mereka berciuman. Tapi Eunsoo terkejut dengan sikap tiba-tiba Youngjae, dia tak pernah melakukan hal ini. Youngjae mencoba mencium bibir Eunsoo sekali lagi, tetapi Eunsoo menolehkan kepalanya.

“Youngjae-ya, nomu baegoppa. Jal mokja.” ujar Eunsoo meninggalkan Youngjae yang tertegun.
Suasana makan malam terasa sangat canggung awalnya, tapi Youngjae sangat pintar mencairkan suasana dan membuat suasana makan malam yang canggung menjadi penuh tawa. Untuk sejenak, Eunsoo lupa akan pertemuannya dengan Daehyun.

Eunsoo menatap pemandangan kota Osaka yang tertutup salju ketika Youngjae memeluknya dari belakang, menaruh dagunya di bahu Eunsoo.

“Jagiya, nomu bogoshippo.”  Youngjae mencium bahu Eunsoo.

“Nado.” ujar Eunsoo singkat. Youngjae membalikkan tubuh Eunsoo, memeluknya, menatap matanya dalam.

“Neo arra.... saranghae.” Youngjae mengecup pelan kening Eunsoo, kelopak matanya yang terpejam, pipinya, puncak hidungnya dan perlahan-lahan bibirnya. Lembut sekali, selayaknya boneka porselen. Tetapi Eunsoo tidak membalas ciuman Youngjae, tidak juga melepas pelukannya. Youngjae perlahan-lahan mencium leher jenjang Eunsoo, tanda bahwa Youngjae menginginkan Eunsoo lebih. Eunsoo menggigit bibir bawahnya.

Hanya Daehyun, Jung Daehyun lah yang sekarang ada dipikirannya. Sosok Daehyun dengan raut wajah terluka tadi siang. Hatinya terasa sakit sekali.

“Hajima.” Eunsoo melepaskan diri dari pelukan Youngjae. Youngjae menatapnya bingung.

“Wae ?”

“Uri... uri geuman kkeutnaeja. Heojyeo.” (let’s end this now. let’s break up)

“Mworago ? Wae ?” antara percaya dan tidak Youngjae mencengkeram bahu Eunsoo yang hanya terdiam.

“Morreugesso. Aku.... ingin kita berpisah.”

 “Geundae.. Saranghaeyo Eunsoo-ya, tak bisakah kamu tetap berada di sampingku ?” Youngjae memohon.

Eunsoo menepis tangan Youngjae pada bahunya. “Mianhae.”

Sebuah nama terlintas di pikiran Youngjae, “Kamu mencintai pria bernama Jung Daehyun itu bukan ?”

Jantungnya berdetak sakit sekali ketika Youngjae menyebutkan nama itu. Tetapi, itulah yang sebenarnya terjadi, Eunsoo tidak bisa tulus mencintainya. Dia menyadari bahwa perasaannya terhadap Youngjae sekarang hanyalah rasa sayang kepada sahabat, kepada kakak lelaki, bukan kepada seorang namja. Air mata Eunsoo mengalir, mengingat kenyataan dia telah menyakiti Youngjae. Ya, kamu jahat sekali Eunsoo –ya. Pabo yeoja. Berapa orang lagi yang harus sakit karenamu ?

“Mianhae... jongmal mianhamnida.”

Youngjae manatap Eunsoo nanar. “Karena itulah kamu tidak pernah memanggilku ‘oppa’ ? Karena itulah kamu tidak pernah benar-benar membuka hatimu padaku ?” Youngjae mengambil nafas, menekan puncak hidungnya, menahan kesedihannya. Semuanya jelas sekarang.

“Apakah kamu menerimaku karena merasa kasihan kepadaku ?” cecar Youngjae.

“Bukan begitu Youngjae –ya. Aku dulu mencintaimu, sangat mencintaimu....”

“Dan tidak bisakah kau kembali mencintaiku seperti dulu ?”

“Aku....”

Youngjae mendengus pelan, menarik pergelangan Eunsoo dan memeluknya erat.

“Jebal....” Eunsoo merasakan bahu Youngjae bergetar. “Kajima...Kajima Eunsoo –ya. Jebal kajima.” mendengar suara Youngjae yang parau, Eunsoo menangis. Bukan karena dia ingin kembali pada Daehyun, toh pria itu sudah tidak ingin bertemu dengannya. Tapi lebih karena dia tidak ingin menyakiti hati Youngjae lebih dalam jika ia terus bersamanya. Youngjae adalah pria yang sangat baik, tampan dan pandai. Eunsoo merasa tak pantas berdiri di sampingnya.

“I can’t... Mianhamnida.” ujarnya pelan. Ya, biarlah pada akhirnya aku yang menderita. Youngjae melepaskan pelukannya dan menggenggam bahu Eunsoo. Dia tertunduk.

“Baiklah, jika itu memang yang kamu inginkan. Tidurlah.” Youngjae menghapus air mata Eunsoo, mencium keningnya cukup lama, dan Eunsoo merasakan bahwa bibir itu bergetar.

“Aku akan memesan satu tiket pesawat untukmu besok siang.” Bahkan setelah Eunsoo memutuskannya, Youngjae masih memikirkan dirinya.  Setelah mengatakan hal itu, Youngjae mengambil mantelnya dan keluar entah kemana. Youngjae tidak kembali malam itu. Eunsoo hanya menemukan tiket pesawat ke Seoul keesokan harinya yang diantar oleh seorang pegawai hotel, dengan satu carik post-it.....

Leave me, don’t love me, instead find someone who will love you 
After you leave, it might be hard and tiring for me, hurry, and live on forgetting me
You will be happy, you are the prettiest of them all, I loved you so I know
Terimakasih Eunsoo –ya

Air mata Eunsoo mengalir....


To be continued ~~~
Picture credit : Vocal & Visual

13.5.13

Our Heartquake Story : Rain Sound

Ditulis oleh Aninditya di 5/13/2013 05:42:00 AM 0 komentar

It didn’t seem like we had to do this
So my heart hurts so much (heart hurts)
(From the beginning, I held you in the left side of my heart and you thickly remain)
I throw away my feelings but I still miss you as I fall asleep
But on this a rainy night, I cannot fall asleep ~~ B.A.P Rain Sound

Sudah 3 bulan mereka berkencan tetapi hati Eunsoo terus merasa bersalah pada Youngjae. Eunsoo merasa senang jika berada di dekatnya tetapi sangat berbeda dengan perasaan ketika berada di sisi Daehyun. Eunsoo frustasi dengan perasaannya sendiri. Youngjae yang mencurahkan kasih sayang padanya dan hati kecilnya yang terus menolak menerimanya.

“Eunsoo –ya, kajja...” kata Youngjae sembari menyerahkan pasport Eunsoo padanya. Sekarang mereka sedang berada di bandara internasional Gimpo karena Youngjae diharuskan berangkat ke Osaka untuk mengaransemen lagu Japanese version dari boygroup B.A.P. Karena Eunsoo juga sedang mengambil cuti, maka dia mengajak Eunsoo sekalian berlibur.

“Nee.., geundae, bolehkah aku ke toilet sebentar ?”

“Aku tunggu disini.” Eunsoo segera beranjak. Sedikit berlari dia menuju toilet bandara karena 10 menit lagi mereka sudah harus masuk ke boarding pass. Karena terburu-buru dia tidak awas dengan orang didepannya.

Bruugh.. Eunsoo terjatuh, begitu juga dengan orang yang ditabraknya .

“Joesonghamnida agasshi.” ujar Eunsoo sembari membersihkan celana jeansnya.

“Gwenchanseumnida.” pria yang ditabraknya justru membantunya berdiri. “Geurom...” ujar pria itu, berbalik. Aksen itu...

“Chankamannyo...” Pria itu memakai kacamata hitam, tetapi sosok dan aksennya sangat dikenal Eunsoo. Dia sangat yakin pria itu adalah...

“Daehyun-ah...” Dia memanggil pria itu. Tetapi sayang karena bandara sangat ramai, Pria itu tak menoleh sedikitpun. Eunsoo lupa akan urusannya ingin ke toilet dan justru mengikuti orang itu.

“Eunsoo –ya, kau mau kemana ?” tiba-tiba Youngjae menarik tangannya.

“Aaa.. Ani.. tidak kemana-mana. Aku lupa jika kamu menungguku disini. Aku kira di bangku depan sana.” ujar Eunsoo berbohong. Youngjae menatap Eunsoo sesaat.

“Hmmm... baiklah jagiya, ayo berangkat.” Youngjae menggandeng tangan Eunsoo yang menuruti Youngjae seperti orang linglung. Pikirannya masih terpaku pada sosok pria yang ditabraknya tadi. Eunsoo yakin dia Daehyun.

Selama di pesawat, Eunsoo terus melamun. Youngjae menyadari ada sesuatu yang terjadi di bandara, tetapi Youngjae tidak ingin bertanya. Dia sangat menghormati privasi Eunsoo.

“Youngjae –ya, tiba-tiba aku merasa tak enak badan. Kepalaku pusing.” celetuk Eunsoo ketika mereka tiba di Bandara Internasional Kansai. Youngjae segera menempelkan tangannya di dahi Eunsoo. Benar, Eunsoo demam.

“Astaga Eunsoo –ya... Begitu sampai hotel akan aku panggilkan dokter ya ?”

“Eummm... tidak usah. Aku hanya ingin beristirahat sebentar. Bolehkah ? Aku janji besok pagi aku sudah sembuh. Mianhae sudah merusak liburan kita.” ujarnya.

“Aissshh.. kenapa kamu meminta maaf ? Tentu saja tidak apa-apa.” Youngjae gemas sekali dengan sikap Eunsoo. “Bermanjalah denganku walau hanya sebentar.. Okay ?” Youngjae merengkuh bahu Eunsoo ke dalam pelukannya.

 “Ne.” Eunsoo –ya, neo jinja nappeun yeoja. Eunsoo melihat sosok pria itu beberapa meter didepan mereka, keluar dari boarding pass dengan pesawat yang sama. Daehyun yang dingin dan tak terjangkau. Ingin sekali Eunsoo memanggilnya, tapi dia tak bisa. Ada lengan hangat yang sedang memeluknya saat ini. Dan ketika Daehyun melihatnya, dia hanya tersenyum padanya, senyum kosong. Daehyun mengangguk sedikit padanya dan segera berlalu. Memori Eunsoo kembali kepada potongan peristiwa dirinya dengan Daehyun. Daehyun yang tersenyum riang, canda tawanya, aegyo nya, pengakuan jujurnya, segalanya. Dan sekarang dia.... sangat berbeda. Eunsoo merasa dadanya sakit, lebih sakit daripada pusing di kepalanya. Tak terasa air matanya menetes. Oh My God !! You're really thickly remain in my mind, Jung Daehyun.

Eunsoo –ya, apa sakit sekali ?” Youngjae benar-benar mengkhawatirkan Eunsoo yang mulai menangis.

“Ughhh.. gwenchan...” suara Eunsoo tercekat.

“Uljima...” Youngjae mengusap airmata Eunsoo. Eunsoo menggeleng.

“Mian.” Air mata Eunsoo terus mengalir. Youngjae langsung menuntun Eunsoo ke mobil yang telah disiapkan untuknya dan bergegas ke hotel tempatnya menginap. Eunsoo tertidur selama perjalanan. Sesampainya di hotel, Youngjae menggendongnya dan menidurkannya di ranjang. Raut wajah kelelahan dan kesedihan yang tergambar disana. Youngjae mengingat kebersamaan mereka selama 3 bulan. Hingga detik ini dia belum sepenuhnya memahami Eunsoo, dan Eunsoo pun seakan menutup sisi lain dirinya dari Youngjae.

“Wae geurae Eunsoo –ya ? Tak bisakah aku bisa masuk ke dalam kehidupanmu ?” Youngjae mengelus rambut hitam Eunsoo, mengecup keningnya. “Tahukah kamu, aku mencintaimu Eunsoo –ya ? Ijinkan aku membahagiakanmu.” ujarnya pelan, putus asa.

****

Eunsoo terbangun keesokan harinya, mendapati sebuah memo, semangkuk bubur abalon dan obat demam di meja samping tempat tidurnya.

Aku ada di studio rekaman hingga jam makan siang. Makan dan minumlah obatmu. Aku ingin kau cepat sembuh dan bersenang-senang bersamaku, Arra ? ^^

Eunsoo tersenyum, beranjak dari tempat tidurnya dan membersihkan diri. Kemudian dia menyantap sarapannya dan mengetik SMS ke Youngjae

Kenapa ada bubur abalon di Osaka ? Geundae, gomapta ^^Rasanya enak.

Tak lama, SMS balasan Youngjae masuk.

Sudah merasa baikan ? Hotel tempat kita menginap memiliki koki dari Korea, aku memintanya membuatkan bubur untukmu. Baik-baik di hotel jagiya. Oh iya, aku menaruh kunci mobilku di laci meja dekat ranjangmu,sekiranya  kamu ingin keluar ^^ Atau.. kamu ingin menunggu pangeranmu datang dan mengajakmu menikmati malam di Osaka ? hahahahaha :D

Sangat sehat :D Pangeran nugu ? hahahaha Me~~rooong :P

Youngjae tidak membalas. Eunsoo mengerti pasti dia sedang larut dalam mengaransemen lagu. Badan Eunsoo jauh lebih baik ketimbang semalam. Semalam... Eunsoo –yaaa.. ayolah !! lupakan Daehyun. Sekarang kau bersama pria yang kamu cintai bukan ? You're with Youngjae now. Not him. Eunsoo menepuk pipinya, menghela nafas berat. Dia memutuskan berjalan-jalan sebentar sekaligus menjemput Youngjae untuk makan siang. Youngjae telah menuliskan alamat studio, dan untungnya Eunsoo sedikit banyak menguasai bahasa Jepang.

“Arigatou gozaimasu” ujarnya setelah menerima sekantong kue dorayaki hangat. Osaka sangat ramai. Meskipun begitu Eunsoo puas berjalan-jalan di pedestrian Dotonburi melihat anak muda Jepang dengan dandanan yang unik. Jika dia tak ingat tujuannya keluar hotel, mungkin dia akan melahap semua jajanan khas Osaka yang tersedia di sana.  Bubur abalon tidak cukup mengisi perutnya.

“Youngjae –ya... aku didepan studiomu.” Eunsoo menghubungi ponsel Youngjae. Jam sudah menunjukkan lewat tengah hari, tetapi pekerjaan Youngjae belum juga selesai.

“Masuklah Eunsoo –ya, tunggulah didalam.”  ujar Youngjae sedikit keras, mencoba mengalahkan suara instrumen musik. Eunsoo menuruti Youngjae. Setelah dia melihat sosok Youngjae, Eunsoo melambaikan tangannya. Youngjae melihatnya dan menghampirinya.

“Aigooo... nae yeppeo jagiya. Nomu bogoshipta.” ujar Youngjae mencubit pipi Eunsoo. Eunsoo tertawa.

“Ahh ne, aku kenalkan produser musik untuk project ini Eunsoo ya...” Youngjae masuk ke ruang rekam dan memanggil seseorang. Eunsoo terkesiap ketika melihat pria yang dipanggil Youngjae.

“Kenalkan Eunsoo –ya, dia adalah Jung Byunghee, Komposer utama di TS Entertainment.” Pria itu mengulurkan tangannya. Mirip... seseorang.

“Aaa.. naneun Lee Eunsoo imnida.”

“Jung Byunghee imnida. Youngjae –ya, dia sangat cantik.” ujar Byunghee pada Youngjae.

“Tentu saja. As always from my girlfriend.” ujar Youngjae mengalungkan lengannya di bahu Eunsoo. Byunghee hanya tertawa.

“Apakah kalian nyaman tinggal di hotel yang aku siapkan ?” tanyanya. Tetapi sebelum mereka berdua sempat menjawab pertanyaan Byunghee, staff studio memanggilnya.

 “Ahh ne, chankamannyo. Ada yang mencariku diluar. Geurom.” Byunghee berlalu. Eunsoo melihat bayangan Byunghee yang mengobrol dengan seseorang diluar sana. Pasti kerabatnya karena Byunghee tertawa renyah dan meninju pelan lengan tamunya. Hanya sebentar, dan dia masuk kembali ke ruang studio.

“Mianhaeyo, adik laki-laki saya.” ujarnya. “Jadi, bagaimana ?”

“Aahhh hotel ? Kami nyaman di sana. Aku tak menyangka menemukan banyak menu masakan Korea dari restoran hotel. Gomawo hyung.” ujar Youngjae.

“Tak usah dipikirkan.. Lagipula hotel itu milik adikku.” Adik ?

“Igo.. bolehkah aku tahu siapa nama adik anda Byunghee ssi ?”

“Daehyun. Jung Daehyun.” Jantung Eunsoo berdegup kencang ketika nama itu disebutkan.  Byunghee seperti mengingat sesuatu, tergambar dari raut wajahnya.

“Eunsoo.. Lee Eunsoo. Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya ? Di rumah sakit saat....”

“Saat saya sedang menjenguk teman saya. Iya saya ingat...” Potong Eunsoo cepat, kemudian tersenyum penuh arti. Raut wajah Byunghee menunjukkan ketidaksetujuannya, tetapi dia memilih diam. Dia ingat wanita ini adalah interior designer di perusahaan ayahnya, orang yang diselamatkan adiknya ketika kecelakaan proyek dulu. Juga orang pertama yang ingin ditemui Daehyun begitu dia tersadar. It's too obvious that Daehyun has that kind of feeling to this woman. Tetapi ternyata dia adalah kekasih dari partner komposernya ?  Dunia begitu sempit.

“Jja... Youngjae –ya, pekerjaan hari ini sudah cukup. Lagipula kamu sudah dijemput oleh kekasihmu yang cantik ini. Besok pagi kita lanjutkan kembali.” ujar Byunghee.

“Jinja hyung ? Aaaa manhi gomapgo.” Youngjae terlihat senang sekali. Dia segera mengambil mantelnya dan menggiring Eunsoo.

“Uri galkke.. annyeong hyung.”

****

Hari ini adalah hari keempat mereka berada di Jepang. Harin termangu di kamarnya sendiri. Sejak dini hari Youngjae telah meninggalkan hotel karena mempersiapkan proses vocal record  boyband B.A.P. Bisa dipastikan seharian Youngjae akan berada disana. Memikirkannya saja sudah membuat Eunsoo merasa bosan. Untuk mengusir kebosanannya dia memutuskan berjalan-jalan di lingkungan hotel sambil mengambil beberapa gambar.

Diam-diam dia mengagumi kehebatan Daehyun. Dia cukup mengerti bagaimana kisah hidup keluarga Jung dari obrolan pegawai di kantornya. Hotel ini cukup luas dan memiliki desain arsitektur yang bagus. Hotel yang awalnya hanya ada di Busan ini diwariskan kakek Daehyun ke tangannya. Dari awal memang dia dipersiapkan mengelola bisnis ini. Sedangkan kakak dan ayahnya lebih memilih berkarir di bidang lain. Hal yang tidak sia-sia karena di umurnya yang masih muda, dia telah mengembangkan cabang hotelnya hingga ke Seoul dan  Osaka.  Menjadikannya salah satu pebisnis muda Korea yang patut diperhitungkan.

Eunsoo bersandar pada bangku yang tersedia di pinggir kolam renang. Area kolam renang yang rimbun oleh pepohonan membuat Eunsoo mengantuk. Ketika dia ingin memejamkan matanya, seseorang terjun ke dalam kolam renang dari papan loncat. Cipratan airnya mengenai baju Eunsoo.

“Yaisshhh...” Eunsoo mengumpat. Kaosnya basah. Dia segera mengecek kamera Canon SX500 IS milik Youngjae –yang untungnya terkena sedikit cipratan air. Cukup kesal, dia melihat orang yang terjun tadi keluar dari kolam –tepat didepannya.

Great !! Can anybody stop this fucking flutter heart ?
 


To be continued ~~
Pictures credit : Busan Boy ; Vocal & Visual 

6.5.13

Our Heartquake Story : What My Heart Tells Me to Do (Daehyun)

Ditulis oleh Aninditya di 5/06/2013 02:15:00 AM 0 komentar
Did you hurt a lot? Are you really tired? Did I make things hard for you?
I was only used to receiving love – I think I only knew myself
I know your heart, I know
I know your love but I guess it’s not for me ~~ B.A.P What My Heart Tells Me to Do

“Eunsoo –ya... Eunsoo –ya ?” Youngjae memanggilnya berulang kali tetapi tidak mendapat respon.  Sepanjang perjalanan Eunsoo terus diam, memikirkan sesuatu. Youngjae menepuk bahunya

“Neo gwenchana ?” Eunsoo tersentak

“Ehheumm, gwenchana... waeyo ?”

“Aku memanggilmu berulang kali ingin memastikan apa kau ingin sarapan dulu, atau langsung ke apartemen ?” Youngjae mengecek jam tangannya,”Meskipun saat ini tidak dapat dikatakan sarapan sih.”

“Aaa, mianhae. Aku sedang tak bernafsu untuk makan sekarang Youngjae –ya. Kita langsung pulang saja.”

Tetapi Youngjae sengaja tidak ingin menuruti apa kata Eunsoo, dia membelokkan mobilnya ke salah satu restoran fast food terdekat.

“Kajja, let’s get some brunch first. Aku tahu kamu belum makan dari semalam.” Youngjae tersenyum.  Entah berapa kali Eunsoo jatuh cinta dengannya hanya karena senyumannya ini. Dia mengangguk dan mengikuti Youngjae kedalam.

“Siapa pria yang di rumah sakit itu ?” tanya Youngjae setelah mereka memesan makanan.

“Jung Daehyun, Klien yang menggunakan jasaku untuk mendesain hotelnya...” Eunsoo pun menceritakan bagaimana Daehyun bisa terbaring di rumah sakit. “Dia melindungiku dan aku merasa aku berhutang budi padanya.” Eunsoo menghela nafas.

“Dan kenapa dia meneleponmu semalam ? Aku rasa dia tipe orang yang mengerti dengan baik kesehatan tubuhnya.”

“Aku tidak tahu. Aku tak berani menanyakannya karena kondisinya itu.” Eunsoo membuang muka, tak ingin Youngjae mengetahui bahwa dia berbohong.

“Arrasseo... makanlah. Aku yang mentraktirmu. Aku juga lapar.” ujar Youngjae ketika pesanan mereka sudah datang. Eunsoo memperhatikan Youngjae yang makan dengan lahap. Memikirkan bagaimana bisa dia mencintai Youngjae hingga detik ini. Tak perlu jawaban pasti, karena semuanya... semua yang ada di diri Youngjae disukai oleh Eunsoo.

“Yaaa.. kenapa kau senyum-senyum sendiri ? Kau menakutiku Eunsoo –ya. Aaahh !! Apa kau menyadari ketampananku saat ini ? Jelas saja, aku sudah mandi dan kau belum. Hahahahaha...” Youngjae tertawa renyah sekali. Muka Eunsoo memerah, tetapi cepat-cepat dia mengendalikan perasaannya.

“Yaa... Enak saja !” Eunsoo memukul pelan lengan Youngjae dengan sendok yang dipegangnya. “Aku hanya tak menyangka, sosokmu seperti anak kecil kelaparan Youngjae –ya, tak berubah. Coba sini berikan aegyo terbaikmu padaku.”

“Sirheo !! Aku sudah bukan anak kecil lagi. Nan aedeul animnida... Namja imnida.” ujar Youngjae. Tetapi dia mengatakannya sambil memberikan aegyo gagalnya pada Eunsoo.

****

Eunsoo menjenguk Daehyun setiap hari setelah kejadian malam itu. Memastikan dia berangsur membaik. Mungkin terdengar aneh, meskipun hati Eunsoo telah memilih Youngjae, tapi jauh di lubuk hatinya, dia sangat ingin melihat senyuman Daehyun. Ada sesuatu dari senyumannya yang menentramkan hati Eunsoo. Menemani Daehyun, bercanda dengannya, mengobrol, Eunsoo sangat ikhlas melakukannya, dan dia menikmatinya. Ya, karena dia menganggap Daehyun adalah temannya, sahabat baiknya. Daehyun tidak pernah mengungkit tentang pernyataan perasaanya pada Eunsoo karea dia sangat mengerti bahwa cintanya pada wanita itu bertepuk sebelah tangan. Eunsoo hanya menganggapnya tak lebih dari sekedar teman yang kebetulan menyewa jasanya.

“Eunsoo –ya, kau tidak perlu datang lagi kesini mulai besok. Aku sudah diperbolehkan pulang.” ujar Daehyun, seperti biasa tersenyum.

“Geurae ? Apa perlu aku menjemputmu besok ?”

“Tidak usah.. Kakakku yang akan menjemputku, dan sementara aku akan tinggal di rumah orang tuaku.”

“Tapi, sungguh. Apa kau sudah baik-baik saja ?” Eunsoo betul-betul mengkhawatirkan Daehyun, sudah seminggu Daehyun terbaring di rumah sakit tetapi.. Entahlah.. Eunsoo merasa, ada sesuatu yang berbeda dari diri Daehyun sejak kejadian malam itu. Seperti ada yang hilang dari dirinya.

“Ne.. jinja gwenchanseumnida.” Daehyun mengeluarkan aksen Busan nya, yang sebenarnya sangat disukai oleh Eunsoo.

“Eunsoo –ya...”

“Ne ?”

“Jongmal joesonghamnida. Naega jalmothaesseo.”

“Wae ? Bersalah ? Kamu tidak memiliki salah apapun terhadapku.” Daehyun hanya tersenyum. Jam berkunjung telah habis dan Eunsoo pamit pulang.

“Baik-baik Daehyun –ah. Aku akan melanjutkan proyek kita setelah kamu benar-benar sembuh. Aku tak suka melihatmu dengan pakaian rumah sakit itu.” ujar Eunsoo tertawa.

“Nee Eunsoo –ya.. Jalkayo.. Annyeong.” Daehyun masih tersenyum ketika Eunsoo menutup pintu ruangannya.

“Selamat tinggal Eunsoo ya. Berbahagialah...” Ya, aku akan menghilang dari kehidupanmu. Daehyun memilih mundur bukan tanpa alasan. Beberapa hari lalu, ketika Daehyun sedang berjalan-jalan di taman rumah sakit, dia melihat sosok Eunsoo turun dari mobil dengan seorang pria yang mengantarnya. Dia melihat bagaimana wajah Eunsoo yang berseri saat itu, sangat cantik, hal yang tidak pernah diperlihatkan Eunsoo di depannya. Dan ketika Eunsoo memanggil pria itu Youngjae, nama yang dia gumamkan dulu. Daehyun merasa saat itulah dia harus menyerah.


****

Proyek hotel itu selesai beberapa minggu kemudian tanpa campur tangan langsung dari Daehyun.  Eunsoo cukup terkejut ketika dia bertemu dengan asisten Daehyun yang mengatakan bahwa atasannya sedang sibuk dengan urusan di Busan dan menyerahkan finishing hotel itu padanya. Daehyun tidak pernah menghubungi Eunsoo lagi sejak hari itu. Hal yang mengagetkan Eunsoo kembali, fee nya sebagai interior designer lebih besar daripada yang seharusnya. Ketika Eunsoo menanyakan hal itu kepada Jung Jihoon, beliau hanya tersenyum dan meminta Eunsoo bekerja lebih giat lagi. Jawaban yang sangat tidak disukai Eunsoo.

Bukan sekali, dua kali Eunsoo berusaha menghubungi Daehyun, tapi hasilnya nihil. Daehyun mengganti nomor ponselnya. Asistennya selalu menjawab Daehyun tidak ada ditempat ketika Eunsoo menelepon kantornya.

Neo eodiya Daehyun –ah... batin Eunsoo, dan meskipun Eunsoo enggan mengatakannya Eunsoo merindukan Daehyun. Entahlah... berbeda rasanya ketika Youngjae meninggalkannya dulu. Eunsoo sedang termangu di kafe langganannya ketika Youngjae menyusulnya.

“Ternyata kamu disini Eunsoo –ya.” ujar Youngjae sembari meletakkan segelas Ice Americano di depannya. Eunsoo menatap Youngjae lama. Pria ini... dia menghabiskan bertahun-tahun mencintainya, hanya dia seorang. Sekarang perasaan itu.... Eunsoo menautkan jari-jari tangannya, menunduk. Seolma...Eunsoo –ya.

“Sepertinya ada yang sedang kau pikirkan Eunsoo ?”

“Aahhh.. eobsseo.. Aku hanya merasa kau bertambah tampan akhir-akhir ini Youngjae –ya.”

“Hahahaha.. dan kau bertambah cantik saja.” Youngjae tersenyum

“Bagaimana tuan komposer, apakah lagu gubahanmu sudah selesai ?” tanya Eunsoo membuka pembicaraan.

“Yap, boyband yang aku tangani juga menerimanya. Mereka akan menampilkannya akhir minggu ini.” Youngjae terdiam sesaat.

“Pasti bagus. Aku selalu menyukai lagu buatanmu.” Eunsoo tersenyum

“Eunsoo –ya, bisa kamu dengar lagu yang aku gubah sekarang ? Aku merasa ada yang kurang dengan instrumennya.” Eunsoo mengangguk cepat dan mengambil Ipod Youngjae. Youngjae menunjukkan lagu yang dia maksud, judul lagu itu Crash.

“Yaaa... Kau bercanda bukan ? Instrumen lagu ini sama dengan versi awalnya. Tidak ada yang berbeda.” ujar Eunsoo ketika selesai mendengar lagu itu.

“Ada Eunsoo –ya. Yang berbeda adalah untuk siapa lagu itu aku ciptakan. Kamu tahu dengan pasti aku tidak pernah mengijinkan seorang wanita mendengar lagu gubahanku melalui Ipod ku. Bahkan Ahra sekalipun. Lagu ini aku ciptakan setelah aku bertemu denganmu. Ya, lagu ini untukmu. Perasaanku yang sebenarnya tergambar di liriknya. Aku serius.” Youngjae mengatakannya dengan mantap.

“Geotjimal.” mata Eunsoo mulai berkaca-kaca.

“Neon naega mido.” (percayalah padaku) ujar Youngjae sembari menggenggam tangan Eunsoo.

“Sejak kapan ?”

“Aku tidak tahu tepatnya. Yang pasti, aku menyayangimu Eunsoo –ya. Sebagai sahabat juga sebagai seorang yeoja.” Youngjae mengusap pipi Eunsoo yang mulai basah. ”Maukah kamu menjadi kekasihku ?”

Ragu, Eunsoo menunduk. Eunsoo –ya, bukankah hal ini yang kamu nantikan selama ini ? Akhirnya Youngjae memilihmu Eunsoo –ya. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan ? Eunsoo tahu perasaan itu tak lagi sama. Tapi di satu sisi, hatinya masih diisi oleh Youngjae. Perlahan-lahan, Eunsoo mengangguk.

“Aku rasa.. Aku juga menyayangimu Youngjae –ya.” ujarnya pelan.

Youngjae tersenyum lebar, lalu bersandar sembari memegang dadanya, lega. “Kamu tahu betapa gugupnya aku tadi ? haaa...” Eunsoo tersenyum.

“Gomapta... Jagiya.”  Youngjae menarik tangan Eunsoo kembali dan mencium punggung tangannya. Seketika wajah Eunsoo memerah.

“Our first skinship as a couple... and this...” Youngjae memajukan badannya dan mencium kening Eunsoo “our second skinship.” ujar Youngjae, nyengir.

“Geumanhae... aku malu jika kau menghitungnya.” wajah Eunsoo masih memerah. Baru kali ini Youngjae melihat sosok Eunsoo yang seperti itu. Sangat manis, Yongjae mengusap rambut Eunsoo.

“Aigooo.. nae yeoja jinja yeppeuda.. Aigooo... nomu gwiyeowo.”

Di saat yang sama di sudut kafe itu, seulas senyum sedih terukir...

To be continued~~
Pictures credit : Brisk ; Busan Boy
 

Annyeong to my crazy corner ! Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review