29.6.13

(2nd Sequel) Our Heartquake Story : Celebrate

Ditulis oleh Aninditya di 6/29/2013 12:17:00 AM 12 komentar
Celebrate even heaven congratulates us
Celebrate the world becomes our background (we're the main role)
Stay by my side, I love you baby girl
~~MBLAQ Celebrate 

“Ugghhh....” aku mengerjapkan mataku, seseorang telah membuka tirai jendela kamar hotel tempatku menginap.

“Seseorang ?” aku terkesiap. Pandanganku tertuju pada bagian ranjang di sebelahku dimana aku tertidur. Tak ada orang. Tapi jelas sekali bekas ditiduri seseorang. Jantungku berdetak lebih kencang ketika mengetahui hanya underwear dan selimut tipis ini yang menutupi tubuh telanjangku. Apa yang telah terjadi semalam ?

“Eunsoo –ya , kau sudah bangun ?” aku cepat-cepat menoleh ke sumber suara. Daehyun baru saja keluar dari kamar mandi, mengeringkan rambut basahnya dan hanya memakai kimono hotel. Dia kekasihku, tentu saja. Tapi kenapa dia ada di kamarku sekarang ? TIDAK, ini bukan kamarku.

“Apa kau lapar ? Bagaimana jika aku pesankan sarapan ?” ujarnya duduk disamping ranjang, mengelus rambutku. Aku hanya terdiam, tak ingat apapun yang terjadi semalam. Tiba-tiba aku merasa ingin menangis.

“Wae jagiya ? Kenapa kau diam saja ?”

“Semalam.... apa yang terjadi ?”

“Kau tidak ingat apapun ?” aku menggeleng cepat. Daehyun tersenyum.

“Kau tertidur selama perjalanan kembali ke sini. Aku terpaksa membawamu ke kamarku, karena aku tidak bisa menghubungi Jongup. Dan...” Daehyun menatap badanku yang masih tertutup selimut, sedikit tertawa. “Kau tahu bagaimana aku mati-matian menahan diriku untuk tidak menyentuhmu saat kau mulai membuka pakaianmu karena kepanasan ? Kau mengigau semalam.”

Aku hanya melongo mendengar penjelasannya. Wajahku memerah karena malu. Perlahan-lahan potongan peristiwa menyergap memoriku. Aku mabuk, hanya karena dua gelas wine yang aku minum selama penerbangan. Daehyun berusaha mengingatkanku tetapi aku tak menggubrisnya. Terakhir kali aku ingat ketika taksi membawa kami dari bandara menuju hotel. Aiiisshh jinja !!

Dia melanjutkan,  “Suatu kesalahan membiarkanmu tertidur di ranjangku semalam. Bagaimanapun aku namja, jagi. Jangan salahkan aku jika aku menyerangmu dalam tidur.” Daehyun terkekeh.

“YA !!!” wajahku memerah.

“Tapi semalam merupakan kesalahan yang menyenangkan. Terimakasih telah membuatku tertawa.” ujarnya mencium bibirku. “Tenang saja, untuk kali ini aku tidak akan menyerangmu tanpa seizinmu jagiya. Walaupun aku harap kau segera memberikannya padaku.”

Aku memukul pelan lengannya dan tersenyum padanya, memberi isyarat padanya untuk berbalik badan karena aku ingin memakai pakaianku. Dia hanya bergumam tak setuju, seperti toh dia sudah melihatku nyaris telanjang. Tapi tetap, dia membalikkan badannya menghadap tembok.

“Geundae, Daehyun –ah, kau sudah mendapat izin orangtuaku dan Yongguk oppa  -walaupun dengan susah payah- untuk menikahiku. Kau juga sudah mendapat izin orangtuamu. Tapi kau tidak pernah menanyakan apakah aku ingin menikahimu bukan ? Bagaimana aku memberikan izin padamu untuk menyentuhku ?”

“Apakah kau sudah selesai berganti pakaian ?”

“Nee...”

“Sekarang giliranku berganti pakaian dan aku akan mengantarmu ke kamarmu.”

Aku menurut, tapi dalam hati aku terus menanyakan mengapa Daehyun tidak menjawab pertanyaanku.

“Ya, Eunsoo –ya, aku tahu jika badanku memang bagus. Tetapi tetap saja aku malu jika kau melihatku dengan pandangan seperti itu jagiya.” Daehyun tesenyum menggodaku.

Aku tergagap, terbangun dari lamunanku. Aku tak menyadari bahwa daritadi aku terus memandang sosok Daehyun yang sedang membuka lemari pakaiannya. Wajahku memerah dan aku cepat-cepat membalikkan badanku.

“A... anii. Bukan begitu maksudku ?” tak ada jawaban.

“Bukan begitu bagaimana ?” Wangi aftershave yang maskulin menyergap hidungku. Daehyun memelukku dari belakang. Dia sudah berpakaian lengkap dengan jeans hitam, kaos putih dan kardigan abu-abu.

“A.... ani....” Daehyun mencium pipiku singkat, menambah rona merah pada pipiku. Dia akhirnya melepas pelukannya dan mengambil tasku.

“Ya, Jung Daehyun, kenapa kau senang sekali menggodaku sih ?”

“Sederhana, karena aku senang melihat wajah calon Nyonya Jung memerah karena malu. Apa kau tidak pernah berkaca bagaimana cantiknya dirimu saat kau gugup ?” dia menarik tanganku ke depan cermin.

“Lihat...” dia lagi-lagi memelukku dari belakang, kali ini dia menyibakkan rambutku dan mencium leherku singkat. Jelas sekali, wajahku memerah karena malu dan aku gugup.

“Yaaaa !! Hajima...” aku melepaskan pelukannya.

“Hahaha, kajja !!” dia menggandeng tanganku menuju kamarku, dengan tangan satunya membawa tasku.

“Yak !! Aku akan menunggumu di sini dan setelah itu kita sarapan bersama.” ujar Daehyun semena-mena sambil duduk di sofa kamarku.

“Tsk.. arrasseo.”

“Cepatlah mandi, aku lapar sekali.”

“Ne... Tuan Jung Daehyun.”

Aku mendapati diriku sendirian di kamar setelah selesai membersihkan diri. Daehyun tidak ada. Tsk, sebegitu laparnya kah dia hingga meninggalkanku untuk sarapan? Aku cepat-cepat berganti pakaian dan mendapati ada secarik memo tertempel pada ponselku. Benar, dia sudah berada di restoran hotel. Menyebalkan !!

Bersungut-sungut, aku segera memakai highheels ku dan membuka pintu kamar. Sesuatu terjatuh, kalung dengan liontin cincin mengenai sepatuku.

“Igo bwoya ??” keinginanku bertemu Daehyun semakin kuat setelah melihat cincin itu. Aku memasukkan kalung itu ke tasku, menyusul Daehyun dibawah.

“Eunsoo –ya, nawara !!” ujar Daehyun tersenyum lebar saat aku memasuki restoran.  Dia sedang mengambil nasi goreng. Aku menjejerinya, dan memilih mengambil secangkir cappuccino dan setangkup toasted bread.

“Nasi goreng Indonesia memang enak.” ujarnya puas. Aku mengurungkan niatku menanyakan perihal kalung itu. Rasa jengkel karena dia meninggalkanku pun hilang setelah melihatnya makan dengan lahap. Pria.... memang suka sekali makan, bukan ?

“Ada apa Eunsoo –ya ? Kau sedang tidak bernafsu makan ?” tanyanya ketika melihatku hanya memainkan cangkirku. Tangan kiriku terus memegangi tasku.

“Aniya... geundae, igo..” aku mengeluarkan kalung berliontin cincin itu dari tasku. Cincin titanium dengan ukiran namaku di bagian dalamnya. “... cincin ini...” aku bingung ingin menjelaskan bagaimana. Aku lihat Daehyun tersenyum lembut, dia merogoh kantong celananya.

“Lihatlah, aku juga memiliki kalung yang sama... Tanganmu.” Daehyun menarik tanganku pelan, dia mengeluarkan cincin dari untaian kalungnya. Cincin titanium yang sama, hanya saja memiliki ornamen kristal swarovski putih yang indah, cincin itu memiliki nama Daehyun terukir di dalamnya. Bisa kurasakan tangannya bergetar pelan saat memegang tanganku. Dia gugup.

“Kau tadi pagi menanyakan kapan aku memintamu menikahimu bukan ?” Daehyun tersenyum, memasukkan cincin itu di jari manisku.  “Dengan ini, aku memintamu. Maukah kau menjadi istriku Eunsoo –ya ?”

Speechless. Aku terharu bahagia, dan bisa kurasakan mataku berkaca-kaca.

“Hahaha. Uljima...” Daehyun tertawa dan menyeka air mataku yang mulai jatuh.

“Tidak romantis sama sekali !!” ujarku pelan. Tawa Daehyun semakin keras.

“Sebenarnya aku ingin melamarmu nanti, saat dinner di pantai Eunsoo –ya. Hanya saja, aku tidak sabar menunggu waktu itu tiba. Lagipula aku tidak tahu kapan kau memiliki luang bersamaku disini jagi.” ujarnya melirik Jongup yang baru saja memasuki restoran, membawa agendaku di tangannya.

“Geurom, sepertinya dengan sangat tidak rela, aku harus melepasmu ke tangan Jongup, Eunsoo –ya.” ujarnya, ingin memanggil Jongup.

“Chankamannyo. Apa kau lupa aku belum menjawab permintaanmu ?” Aku menarik tangannya paksa, mengeluarkan cincin titanium itu dan menyematkannya ke jari Daehyun.

“Aku bersedia menjadi istrimu Daehyun –ah.” ujarku, kemudian mengecup punggung tangannya singkat. Sekarang giliran Daehyun yang terpana melihat aksiku.

“Hajima, aku malu jika kau melihatku seperti itu.” ujarku nyaris berbisik. Daehyun salah tingkah kemudian tertawa untuk menutupi rasa malunya. Baru kali ini aku melihat seorang Jung Daehyun yang sangat percaya diri seperti ini.

“Hahaha, maaf jika tidak romantis. Juga maaf meninggalkanmu sendirian tadi karena aku ingin menenangkan diriku dulu sebebelum menemuimu.” aku menggeleng cepat. Jujur saja, ini merupakan hal paling romantis yang pernah aku terima selama ini. Daehyun memajukan badannya, mengecup pelan keningku.

“Aku ingin menciummu, memelukmu dan mengatakan padamu bahwa aku sangat bahagia saat ini Eunsoo –ya. Andai saja...” dia memandang sekeliling “... tidak ada orang disini.”

“Hahaha, andai saja... oppa.” aku mengecup pipinya singkat. Meninggalkan rona merah pada wajahnya. Dia tertunduk. Ya Tuhan, manis sekali.

“Daehyun –ah, wae irreoseumnika ? Bukankah apa yang kau lakukan padaku lebih dari sekedar itu ?” aku tertawa.

“Kau tidak mengerti ....”

“Apa yang aku tidak mengerti ... oppa ?” Senyumnya mengembang ketika aku memanggilnya dengan sebutan itu. Sayangnya, aku harus berhenti mengerjainya karena Jongup menghampiri meja kami. Mulai menjelaskan padaku bahwa jadwal kami sangat padat hari ini. Daehyun sempat protes ketika Jongup mengatakan kami harus meninjau penempatan interior  yang akan di pasang di resort. Dia teringat akan kecelakaan tiga tahun lalu.

“Jaga baik-baik calon istriku, Jongupie. Atau kau akan menerima akibatnya jika ada goresan sedikitpun di tubuhnya.” ujar Daehyun, entah sudah keberapa kalinya dia mengatakan hal ini sepanjang perjalanan restoran hingga tempat parkir.

“Arrasseo hyung.” Jongup segera masuk ke kursi pengemudi.

“Chankamannyo.” Daehyun menarik tanganku pelan, berbisik di telingaku. “Aku sudah memiliki izin untuk menyentuhmu saat  kau menerima lamaranku bukan, jagiya ?”

“Mwo ?? Yaaa !!!” kurasakan wajahku panas dan untuk menutupinya tanganku refleks ingin memukul lengannya. Tapi dia menahan tanganku dan mengecup bibirku cepat.

“Aku tidak mau menerima alasan lagi, kau harus mengizinkanku.” ujarnya sembari mendorongku masuk ke kursi penumpang.

“Malam ini.” ujarnya tersenyum lebih lebar, saat melihat diriku yang tidak tahu harus menjawab apa.


picture credit : as tagged

26.6.13

(1st Sequel) Our Heartquake Story : Everything is Pretty

Ditulis oleh Aninditya di 6/26/2013 07:17:00 PM 6 komentar

How can everything of you be so pretty?
Everything of you is pretty without flaw ~~ Sunhwa & Youngjae- Everything is Pretty

“Noona, jangan tinggalkan aku sendiri. Aku masih belum berpengalaman menghadapi kontraktor-kontraktor itu.” Jongup memohon kepadaku kemarin malam, saat aku mengatakan padanya aku akan ke Korea bersama Daehyun empat hari ke depan.

“Arra !! Asal kau janji akan membawa Eunsoo noona kembali kesini dalam waktu 4 hari hyung.” ujar Jongup masih bersungut-sungut. Aku tersenyum mengingat raut wajah Jongup yang akhirnya terpaksa setuju dengan pernyataan Daehyun. Setelah, Jung Daehyun, pria yang sedang tertidur di bangku pesawat samping kananku, terus-terusan mengatakan bahwa dia harus belajar.
Pandanganku teralihkan pada ransel Daehyun yang terbuka, memperlihatkan barang-barangnya. 

“Beberapa gadget, parfum, paspor, dompet, dan agenda ?” gumamku. Iseng aku mengambil dompetnya. Foto ini bukankah foto yang ada di pigura ku ? dan bukannya Sora yang membawanya ? Kenapa dia memilikinya ?

“Apa kau sedang mengagumi ketampananku Eunsoo –ya ?” Aku cepat-cepat memasukkan dompetnya ke dalam ranselnya. Tapi gerakanku terputus karena Daehyun menyambar dompetnya.

“I.. igo, aku hanya ingin memasukkan dompetmu agar aman dalam ranselmu.” ujarku memberikan alasan.

“Geotjimal aniya...” Daehyun tersenyum puas. “Apa kau tahu, telingamu akan memerah jika kau berbohong ?” aku cepat-cepat menutup telingaku.

“Geurae.. geurae.. Tapi Daehyun –ah, darimana kau dapatkan foto ini ? bukankah foto ini diambil di ponselku ? atau jangan-jangan ....” Lagi-lagi Daehyun memotong omonganku dengan kecupan singkatnya. Senang sekali dia melakukan hal itu huh ?

“Ssssttt, bimil iyeyo. Apapun mengenaimu dengan mudahnya akan aku dapatkan.” Daehyun nyengir lebar.

“Wae ? apa kau marah aku tidak mengatakan padamu darimana aku dapatkan foto ini ?” ujar Daehyun ketika melihatku masih terdiam.

“Ugghh, aniya. Aku hanya...” Daehyun mengecup bibirku sekali lagi. ”YA !!! sampai kapan kau terus melakukannya ?”

“Sampai kapanpun selama aku menginginkannya.” jawab Daehyun santai. Ya Tuhan, namja ini benar-benar menyebalkan.

“Tapi sepertinya aku akan terus melakukannya. Cause, I’m already addicted to you, nae yeppeo jagiya.” sambungnya sembari mencium bibirku lembut.

25.6.13

Our Heartquake Story : Secret Love

Ditulis oleh Aninditya di 6/25/2013 08:56:00 PM 10 komentar
Still, I only love you
Still, I only think of you
It will never change forever, the love of you and I
I love you more than myself
I think of you more than myself
No one needs to know, if only I have you, I can live
~~ B.A.P Secret Love
“This is your White Russian Ms.” ujar pelayan menaruh segelas minuman beralkohol di depannya. Ragu Eunsoo mengambil gelasnya dan menyeruput sedikit. Dia tak ingin minum terlalu banyak karena besok pagi dia ada meeting dengan kontraktor resort. Ia mengedarkan pandangannya ke pub hotel. Sepi, hanya ada beberapa orang disini. Suasana yang pas karena dia ingin menenangkan diri. Pria yang dilihatnya tadi siang adalah Jung Daehyun, dia tak mungkin salah mengenali pria itu meskipun sudah 2 tahun tak bertemu. 

Sudah memiliki kekasih ternyata. Atau istri ? Sial !! hahahaha.  Eunsoo menertawakan dirinya sendiri dalam hati. Dia meneguk isi gelasnya. Rasa manis White Russian di lidahnya tidak bisa mengalihkan rasa sakit di hatinya. Dia teringat perkataan Daehyun ketika di Osaka dulu dimana Daehyun tidak ingin menemuinya. Yah, buat apa aku berharap dia masih mencintaiku. Ingat apa yang telah kau lakukan padanya ? Kau tak pantas mendapat hati pria yang telah kau sakiti. 

"Can I have a drink like she has ?" Dia mendengar seseorang memesan minuman yang sama dengannya. Ck, micheo !! Bahkan sekarang kau mulai membayangan suaranya. Eunsoo tertunduk, memegang keningnya pelan, mulai merasakan efek alkohol dalam darahnya. 

"How was your day Ms. Lee Eunsoo ?" Eunsoo menoleh, terkejut dengan pemilik suara itu.

"Wae ? Kau tidak menyadari sedari tadi aku berada di sampingmu ?" Eunsoo hanya mengalihkan pandangannya, menghabiskan sisa minumannya.

"Apa kau yakin dengan minuman yang kau pesan Eunsoo -ya ?" Daehyun mencicip sedikit White Russian miliknya. "Ini... terlalu keras. Bukannya kau tidak kuat minum ?" 

Tepat ketika Daehyun mengatakan hal itu, pandangannya mulai kabur, dan dia merasa mual. Eunsoo beranjak dari kursinya, terhuyung dan sedikit merutuk bartender akan campuran vodka yang dirasanya berbeda.

“Eunsoo –ya." Eunsoo pura-pura tak mendengar.

“Eunsoo, chankamannyo.” Daehyun berhasil menghentikan Eunsoo dengan menarik pergelangan tangannya.

“Wae geurae ?” Eunsoo bertanya datar sembari berusaha keras menahan badannya tetap tegak.

“Wae ireohkae ? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”  

“Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi bukan Daehyun-ah. Lagipula, aku sedang sibuk.” Eunsoo tersenyum terpaksa sembari melepas genggaman tangan Daehyun pada pergelangannya pelan. “Ah, jangan membuat kekasihmu cemburu dia jika melihatmu denganku.”
 
“Tapi Eunsoo ya, dia bukan...” Eunsoo tidak menggubris dan tetap berjalan. Daehyun memutuskan untuk tidak berkata apapun dan mengikutinya, memastikan Eunsoo tiba dikamarnya karena dia melihat cara jalan Eunsoo sedikit oleng. Sesampainya di lobi hotel yang sepi, Eunsoo memilih duduk sejenak di sofa terdekat. Benar dugaan Daehyun  karena tiba-tiba... 

bruugh !!! Daehyun segera menangkap Eunsoo yang tiba-tiba roboh. 

“Eunsoo... ya, bangunlah.”

“Yaa.. Jung Daehyun... siapa wanita itu... Kenapa dia menggodamu... uuugghh.” Daehyun tersenyum melihat Eunsoo yang mulai mengigau dan memukulinya.

“Yah, tuan putri Eunsoo. Jangan buat pangeranmu ini semakin jatuh cinta padamu.” ujar Daehyun pelan sembari membopong tubuh Eunsoo. Membawanya kembali ke kamarnya.

****

Eunsoo memegang keningnya, merasakan hangover yang masih tersisa. Meeting pagi ini berjalan lancar, dengan puluhan misscall dari Jongup yang berhasil membangunkannya tepat waktu, tentu saja. Eunsoo mengingat-ingat bagaimana dia bisa tiba di kamarnya sendiri, karena hal terakhir yang dia ingat adalah ketika dia berada di lobi hotel. Pagi ini dia menemukan dirinya di ranjangnya, masih berpakaian lengkap dengan higheels berada disamping tempat tidurnya, rapi.

“Noona, neo gwenchana ? Sepertinya kamu sedang tidak sehat.” ujar Jongup menyodorkan secangkir green tea hangat padanya saat makan siang.

“Hem, gwenchana.”

“Noona, pria yang membawamu ke kamar semalam adalah Daehyun hyung bukan ? apa kamu bertemu dengannya? Dia memintaku membantunya membuka kunci kamarmu karena kedua tangannya sedang menggendongmu yang... euumm.”

“Daehyun yang membawaku ke kamar ? ughh...”

“Majayo.” tepat ketika Jongup menjawabnya, ponsel Eunsoo berbunyi, nomor tak dikenal.

“Yoboseyo, Lee Eunsoo imnida.”

“Eunsoo ya, apa efek hangover mu sudah hilang? Sepertinya Jongup sudah memberimu green tea hangat bukan ?”

Eunsoo mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru restaurant, mendapati sesosok pria tersenyum ke arahnya di salah satu sudut. Tampan sekali. Mengingat bagaimana dia memperlakukan Daehyun sangat dingin semalam, Eunsoo hanya bisa meringis.

“Ne, sudah hilang. Maaf sudah merepotkanmu semalam.”

“Gwenchana, toh aku juga mendapat hiburan gratis karena melihat seorang wanita cantik mabuk dan mengigau di pelukanku.” Daehyun tertawa puas.

“Eumm igo, apakah semalam aku menyusahkanmu ?” Eunsoo khawatir karena dia pernah muntah karena terlalu mabuk.

“Selain mengotori kemejaku. Tidak.” Daehyun melihat raut wajah Eunsoo yang merasa bersalah.  
“Aniya, aku bercanda. Kamu tidak mengotori kemejaku, hanya tertidur. Itu saja.” Eunsoo menghela nafas lega.

"Igo, Eunsoo... aku ingin melanjutkan percakapan kita semalam." Jujur, Eunsoo masih belum ingin menemui Daehyun, tetapi mengingat dia yang diselamatkan dari rasa malu karena mabuk semalam ....

"Arrasseo."

"Dinner ?" Eunsoo menatap Daehyun, mengangguk. Daehyun tersenyum lebar. 

Splashh !! Eunsoo tersentak, seseorang menyiram segelas jus jeruk pada wajahnya. Ia memejamkan matanya menahan kekesalannya, menutup ponselnya dan memandang wanita berpakaian seksi didepannya. Wanita yang dilihatnya bergelayut manja di lengan Daehyun kemarin.

“Maaf, Anda siapa ?”

“Tidak peduli aku siapa, Jangan dekati Daehyun lagi, dasar wanita jalang !!” Mirae mendesis didepannya.

“Nappeun ? Apa maksud Anda ?” Eunsoo mengepalkan jari-jari tangannya.

“Jangan sok naif. Aku melihat Daehyun menggendongmu tadi malam. Apa yang kalian lakukan huh ? Apa kau menggodanya dan tidur bersamanya ? Daehyun adalah tunanganku. Jangan kau dekati dia sedikitpun. Arra ?!”

“Ya, jaga perkataanmu ! Eunsoo noona tidak...” Jongup berusaha menjelaskan tetapi dicegah oleh Eunsoo. Restoran sedang ramai, dia tidak ingin mengganggu tamu lainnya.

“Geuraekuna. Mi...” Belum selesai Eunsoo menyelesaikan kata-katanya, Daehyun menariknya ke belakang punggungnya. Menggenggam tangannya erat.

“Mirae ssi, apakah perlu aku jelaskan berulang kali ? Aku sudah membatalkan pertunangan kita dan tidak akan pernah ingin menjadi tunanganmu lagi. Perlu aku katakan berapa kali lagi hingga kau mengerti ?” ujar Daehyun tajam

“Tapi Daehyun-ah.”

“Aku sudah menyerahkan diriku pada wanita ini. Cari saja pria lain yang bisa memberimu kekayaan Choi Mirae ssi.” Mirae terdiam, Daehyun kemudian meninggalkan restoran bersama Eunsoo yang hanya menurut kemana Daehyun membawanya.

“Eunsoo –ya , mianhamnida. Tak seharusnya kamu mendapat perlakuan seperti ini.” ujar Daehyun cemas, mengusap wajah Eunsoo yang masih basah karena jus jeruk dengan sapu tangannya. Mereka berada di taman hotel saat ini.

“Gwenchana...” Eunsoo menepis tangan Daehyun, “Bisa kau tinggalkan aku sendiri disini ?” ujarnya pelan, masih tertunduk.

“Tidak, sebelum kamu...”

“Geumanhae, aku bilang aku tidak apa-apa !” Eunsoo mengangkat wajahnya, menatap Daehyun tajam. Matanya berkaca-kaca, “Tinggalkan aku sendiri.” Baru kali ini ia diperlakukan seperti ini dan dalam hati Eunsoo mengejek dirinya sendiri yang mudah tersinggung gara-gara wanita itu.

Daehyun menatap nanar bahu kurus Eunsoo yang bergetar. Dia berusaha menahan suaranya, meskipun air matanya tak berhenti mengalir. Tak tahan, Daehyun memeluknya dari belakang, tak ada upaya penolakan dari Eunsoo.

“Aku tahu kau tidak suka jika orang lain melihatmu menangis. Biarkan aku memelukmu, melindungimu dari tatapan orang-orang, arra ?” Daehyun berbisik pelan di telinga Eunsoo. Cukup lama Daehyun memeluk Eunsoo. Setelah dirasa tangisan Eunsoo mereda, Daehyun membalikkan badan Eunsoo mengusap sisa-sisa air mata di pipinya. Eunsoo menepis tangan Daehyun perlahan.

“Gamsahamnida.” ujarnya pelan sambil membungkukkan badannya dan mulai berbalik meninggalkan Daehyun.

“Ige yeoja... ya Lee Eunsoo, wae irreosseumnika ? Apa kamu tidak menyadari perasaaanku selama ini ? Selama tiga tahun ini ?”

Eunsoo berbalik, “Nan morreugesseo. Aku hanya sebisa mungkin mengikuti apa perintahmu saat di Osaka dulu. Bukankah kamu memintaku tidak muncul dihadapanmu lagi ?” ujar Eunsoo lantang.

“Tahu bagaimana perasaanku Daehyun-ah, aku mencintaimu. Memang terlambat bagiku menyadarinya dan aku siap menerima segala konsekuensinya. Aku telah menyakiti hati orang yang aku cintai, juga hati orang yang mencintaiku saat itu. Karena itulah... aku tidak ingin menyakiti siapapun lagi.”

“Jinja pabo yeoja.” Daehyun menarik Eunsoo mendekat, memeluknya erat, tak peduli seberapa keras Eunsoo meronta.

“Ireojima... Aku mencintaimu, Lee Eunsoo, hingga detik ini.”

Eunsoo tertegun mendengar pernyataan Daehyun. Dengan jarak sedekat itu Eunsoo dapat mendengar detak jantung Daehyun yang kencang.

“Geuronika... jangan pernah meninggalkanku lagi Eunsoo –ya. Aku ingin kamu terus berada di sampingku, selalu menemaniku. Maafkan aku yang terlalu cemburu melihatmu bahagia dengan Youngjae dan meninggalkanmu dua tahun ini, seharusnya aku terus mengejarmu, tidak peduli apapun.” suara Daehyun melembut. Dia melepaskan pelukannya menatap mata Eunsoo dalam.

“Na rang mido.” (trust me)

“Geundae...”

“Sssttt.. aku tidak menerima alasan apapun darimu untuk menolakku. Tidak kali ini. Aku pernah bertekad menjadikanmu milikku dan inilah saatnya. Aku tarik semua perkataanku ketika di Osaka dulu. Aku tidak ingin membuat wanita yang aku cintai menangis. Lagipula bukankah kau juga mencintaiku ?” Daehyun tersenyum, menggoda Eunsoo yang wajahnya mulai memerah. Perlahan-lahan Eunsoo mengangguk pelan.

“Maafkan aku karena tindakan bodohku Daehyun-ah.”

Daehyun tertawa, “Tidak ada yang perlu dimaafkan, selama kau memenuhi permintaanku yang satu ini.” Daehyun mengecup singkat bibir Eunsoo yang hanya terkesiap.

“Bersiaplah, sebagai ganti dua tahun yang telah terbuang, Aku akan terus berada di samping nuna dan menagih permintaanku itu.” Daehyun tersenyum lebar. “Meskipun tanpa seizinmu dan mungkin juga lebih dari itu.”

“Ya... !!”

“Geundae, Eunsoo –ya... Ah ani, jagiya.” Daehyun kembali tertawa melihat wajah Eunsoo memerah.  Daehyun memegang kedua bahu Eunsoo, menatap lurus matanya.
“Aku tidak ingin menunggu lagi. Pulanglah denganku ke Seoul dan Busan sejenak untuk bertemu dengan keluarga kita besok pagi." ujar Daehyun, sekali lagi mengecup pelan kening Eunsoo.


END ~~~
Akhirnya selesai jugaaaa xD *lempar konfeti, kecup Daehyun, Seungho, G.O, Joon, Cheondung, Mir* LoL
Author sadar, tulisan author masih amatir banget, Oleh karena itu mohon kritik sarannya ya reader-nim... yaaa ? *puppy eyes* 
 I'll keep writing about this couple. Wait for sequel yeorebun :))
Pictures Credit : Brisk ; Vocal &Visual
 

Annyeong to my crazy corner ! Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review