Harin POV
Aku masih kesal dengan sikap Changsun dan membiarkan kakiku membawaku entah kemana. Dan disinilah aku sekarang, taman kantor yang sepi,cukup luas tapi terawat sangat baik. Aku merebahkan diriku di bangku bawah pohon akasia. Memikirkan seluruh kejadian yang sudah berlalu selama 5 tahun kebelakang. Aku malanjutkan studiku selama 3 tahun di Inggris dan tak kusangka, Changsun sudah melepaskan Daeha. Aku tak ingin bertanya apa sebabnya, karena.. yah mengingat dia sudah tidak bersama Daeha sudah membuat hatiku senang.
“Nomu himdeuro.” aku bergumam pelan dan memejamkan mataku
menikmati angin sejuk di taman ini. Mataku panas. Sampai kapan aku mencintainya
? aku harus mencari cinta yang baru. Percuma jika aku terus mengharapkan
Changsun yang masih menganggapku sebagai sahabatnya.
“Harin ah, annyeong.” Sapa seseorang disebelahku. Aku membuka
mataku dan segera membungkuk sedikit,
Cheolyong ssi. Pria tampan yang
banyak dibicarakan rekan kerjaku, dan dia satu departemen denganku.
“Bolehkah aku menemanimu ?” tanyanya tersenyum. Aku
mengangguk. Sebenarnya aku tidak ingin memikirkannya, tapi siapapun yang
melihat tingkah lakunya kepadaku berpikiran hal yang sama. Dia sedang
mendekatiku. Sayangnya, Changsun tidak mengetahui hal ini.
“Cuaca yang cerah ya ?” ujarnya membuka pembicaraan.
“Yah, tidak seperti kerjaan kita yang semakin hari semakin
banyak. Seakan cuaca mengejek kita untuk segera mengambil cuti.” ujarku
tersenyum.
“Aahh, aku teringat sesuatu.”Cheolyong mengeluarkan sesuatu
dari dompetnya, tiket drama musikal. “Aku ingin mengajakmu menontonnya akhir
minggu ini.” Aku menerima tiketnya, drama musikal yang aku sukai. Haruskah aku
menerima ajakannya ?
“Gamsahamnida Cheolyong ssi. Aku usahakan datang.” Tak ada
salahnya bukan, toh aku ingin menenangkan hatiku dulu. Hal yang sebenarnya hati
kecilku tidak setuju. Cheoyong tersenyum lebar.
“Geurom, aku masuk dulu.” Aku pamit dan beranjak masuk
kedalam kantor. Aku melihat tiket ditanganku.
“Kamu darimana saja Harin-ah ?” tanya seseorang dibelakangku,
Changsun.
“Bukan urusanmu.” aku berlalu meninggalkannya.
“Chankamannyo.” Changsun menarik pergelangan tanganku. “Marhaebwa.
Apa yang kau lakukan bersama Cheolyong tadi ?” Ternyata, Changsun
memperhatikanku. Aku cepat-cepat memasukkan tiket drama musikal itu ke kantong
rok ku.
“Hanya mengobrol sebentar.” aku menyentak tanganku sehingga
pegangannya terlepas dan segera meninggalkannya. Aku tak peduli, meski harus
menyakiti hatiku, aku ingin melupakannya.
Changsun POV
Sial. Aku mencengkeram
rambutku frustasi. Jam istirahat telah usai dan sepanjang sisa hari aku tak
bisa memfokuskan pikiranku pada pekerjaan.
Entah sejak kapan perasaan ini muncul, aku mencintainya. Sebagai seorang
yeoja, bukan seorang sahabat. Ya, aku telah menemukan seseorang yang aku
inginkan, yang tepat bersanding di sisiku. Dan
sekarang, aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi Harin-ah. aku tidak ingin
menjadi pengecut lagi.
Aku segera menghampiri ruangan Harin setelah jam kerja
selesai. Nihil. Rekan kerjanya mengatakan dia pulang lebih awal karena merasa
tidak enak badan. Aku segera menghubungi ponsel Harin yang dijawab oleh mesin
penjawab. Aku segera melajukan mobilnya ke apartemen Harin, khawatir karena
Harin hanya tinggal sendirian di kota ini, sedangkan keluarganya masih di
London. Ingat janjimu pada Sanghyun, Changsun. Sesampainya di depan apartemen
Harin...
Damn !! Apa-apaan itu. Tak
sadar aku mencengkeram kemudi mobilku, kurasakan darahku berdesir dan nafasku
memburu. Cheolyong sedang membantu Harin keluar dari mobil dan mengantarnya
masuk. Aku terus menunggunya di parkiran mobil hingga Cheolyong pulang. Setelah
aku melihat mobilnya pergi, aku langsung menuju ruang apartemen Harin dan
memintanya mempersilahkanku masuk.
“Changsun-ah, apa-apaan kamu ? Neo micheosseo ?!! ” aku tak
peduli, dan aku membiarkan badanku yang menjawab. Aku menariknya kedalam
pelukanku. Dia terkesiap.
Harin POV
Aku sedang tak enak badan, Changsun memaksa untuk masuk kedalam
apartemenku dan sekarang dia memelukku. Apa-apaan ini ? Aku memberontak untuk melepaskan
diri dari pelukannya. Hal yang sia-sia
dilakukan, karena aku masih merasa lemah dan
pelukannya sangat erat.
“Jebal, dengarkan aku sekarang Harin-ah.” dia melepaskan
pelukannya, menggenggam pundakku, dan tertunduk. Tangannya bergetar.
“Maafkan aku selama 5 tahun belakangan ini. Aku tahu aku
salah. Aku...”
“Cukup. Aku tidak ingin mendengar kata-katamu lagi.”
“Aku mencintaimu.” Mworago ? Aku menatapnya tak percaya, tajam.
Mataku panas dan kepalaku sangat pusing.
“Geotjimal.”
“Nan geotjimal aniya.” Kutatap mata gelap Changsun, tidak ada
kebohongan disana. Aku menghela nafas.
“Setelah apa yang kamu
lakukan padaku selama 5 tahun ini. Dan setelah aku mulai berusaha
menyingkirkanmu dari hatiku ? Apa kamu tahu apa yang aku rasakan padamu selama
ini. Neo arraseumnika animnika ?” ujarku dingin.
“Aku... Aku tak tahu.”
“Great, Lupakan persahabatan kita, aku duluan yang
menghancurkannya. Sekarang keluar dari apartemenku, Changsun ssi.” Raut wajah
Changsun mengeras mendengarku memanggilnya secara formal. Pandanganku mulai
kabur.
“Harin-ah.. Jebal...”
“Keluar.” Dengan langkah gontai Changsun meninggalkan apartemenku.
“Beristirahatlah.” ujarnya sebelum menutup pintu apartemenku.
Ya, selesai sudah. Pandanganku gelap,
dan aku tak ingat apapun lagi.
To be continued~~
2 komentar:
in my opinion, chapter 6 ini loncatnya tlalu jauh sama yg chapter 5. mnurutku sih tlalu tiba2 aja gitu si chansung cemburu..ngonolah dit, bingung nulise pie.haha
tapi mudeng kok maksude, berikutnya kebelakang ampe chapter 7 maasuk sih critane.hehe
ps:at least disini happy ending yak:p
chapter 6 ini sih emang tak bikin balik lagi ke saat ini sih .. hehehhe berarti terlalu loncat yaaa.. hmmmm oke oke '-')b
Posting Komentar