1.5.13

Our Heartquake Story : Coma

Ditulis oleh Aninditya di 5/01/2013 06:30:00 AM
What can I do What can I do
I get lost in a maze and stay in that spot
What can I say what can I say
It’s becoming blurred
I can’t see your face


I’m trapped in memories of you, no ~~ B.A.P Coma

“Saranghaeyo Eunsoo ya.” Daehyun menatap mata Eunsoo lurus, hal yang semakin membuat Eunsoo merasa bersalah.

“Mianhamnida.. Jongmal mianhamnida. Aku ...” Eunsoo tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Dia menghindari tatapan Daehyun. Dia tidak tahu harus berkata apa, di satu sisi dia merasa berhutang budi dengan Daehyun, di sisi lain dia masih mencintai Youngjae, sangat mencintainya.

“Aku tahu kamu tidak memiliki perasaan yang sama denganku.” Daehyun tersenyum. “Aku tidak ingin memaksamu. Pulang dan Istirahatlah... Aku sudah tidak apa-apa.” entah mengapa, enggan sekali Eunsoo beranjak dari tempat itu. Daehyun menatap sosok Eunsoo yang meninggalkannya, kosong.

Selama perjalanan pulang ke apartemennya, Eunsoo terus memikirkan pernyataan Daehyun tadi. Eunsoo sendiri bahkan tidak tahu bagaimana perasaannya pada Daehyun. Yang dia sadari adalah dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Daehyun. Sedangkan bayangan Youngjae terus menerus mengusiknya, dia belum bisa menyingkirkan Youngjae dari hatinya. Eunsoo baru akan memasuki gedung apartemennya ketika seseorang memanggilnya. Eunsoo berbalik, dia....

Yoo Youngjae.

“Eunsoo –ya, annyeonghaseyo. Apa kabar ?” ujar Youngjae cerah. Tiba-tiba Eunsoo memikirkan seluruh penampilannya hari ini. Ya, wajah kelelahan, make up luntur dan blouse yang terkena darah – yang segera ditutupi Eunsoo dengan tasnya. Eunsoo mencoba tersenyum meskipun perasaannya campur aduk saat ini.

“Aku baik-baik saja Youngjae, apa kabar ? Lama tidak berjumpa.” ujarnya sambil mengulurkan tangan.

“Kau terlihat kelelahan sekali, tetangga baru.” ujar Youngjae sembari menyerahkan bingkisan kepada Eunsoo. “Aku pindah ke apartemen ini mulai hari ini.” ujarnya sambil menunjuk tumpukan barang dari mobil pindahan yang belum diturunkan sebagian.

“Aahh arrasseo, maaf menemuimu dengan penampilan seperti ini.”

“Gwenchana, kau pasti sangat sibuk, sehingga baru pulang sesiang ini.” Eunsoo tersenyum.

“Ya, begitulah.. Datanglah berkunjung ke apartemenku, ruang D-10, setelah kau membereskan barang-barangmu.” yang dijawab anggukan kepala mantap oleh Youngjae. Eunsoo pamit. Tentu saja dia sangat senang melihat sosok yang dicintainya lagi, tetapi bayangan Daehyun yang tersenyum lemah.... Mollayo...  Antara sedih, senang dan entahlah.. perasaan Eunsoo saat ini sangat kacau.

***

Malamnya Youngjae meminta Eunsoo membantunya menata perabotan di ruang apartemennya yang hanya terletak 1 lantai di atas apartemen Eunsoo. Tentu saja Eunsoo dengan senang hati membantunya. Setelah selesai, Youngjae membuatkan secangkir cappuccino hangat untuk Eunsoo –hal yang membuatnya cukup terkejut karena Youngjae masih mengingat minuman favoritnya. Ya, dia tidak berubah, tetap seperti Youngjae yang selalu berhasil membuat Eunsoo tertawa dan nyaman. Youngjae yang selalu percaya diri, sopan dan cerdas.  Eunsoo mengedarkan pandangan ke apartemen Youngjae. Dia terlalu asyik menata perabotan Youngjae sehingga tidak menyadari satu hal, hanya ada sisi maskulin dalam perabotannya, hanya miliknya. Eunsoo memberanikan diri bertanya.

“Youngjae-ya, bolehkah aku bertanya tentang sesuatu ? Eummm... Bagaimana kabar Ahra-ya  ?” tanyanya perlahan. Mendengar nama itu disebut, Youngjae tersenyum. Entahlah, Eunsoo melihat terdapat nuansa sedih dalam senyumannya itu.

“Dia kembali ke rumah orang tuanya di Ijakdo. Kami sudah memutuskan untuk mengakhiri pertunangan kami.”

“Waeyo ?” Eunsoo menyesali pertanyaannya. Bukan urusanmu Eunsoo –ya. Tapi Youngjae sudah terlanjur mendengarnya, dan tertawa melihat ekspresi menyesal Eunsoo.

“Hahahaha.. tidak apa-apa Eunsoo ya, aku akan menceritakannya padamu asal kamu berjanji memberikanku lasagna buatanmu yang terkenal kelezatannya itu. Arratji ?” Eunsoo mengangguk mantap.

“Sebenarnya aku tidak ingin membicarakannya lagi.. Dia memilih pria lain daripada bersamaku. Aku memergoki mereka berciuman di apartemennya ketika aku ingin memberinya kejutan. Ya, hubungan kami hanya bertahan selama setengah tahun. Dia tidak bahagia bersamaku.” Youngjae tersenyum dan menghela nafas.

Yeoja sialan !! bisa-bisanya dia mencampakan pria sebaik Youngjae. Eunsoo mengumpat dalam hati.

“Geundae, apakah kamu masih mencintainya?”

“Aku tidak tahu. Yang aku tahu aku ingin melupakannya, untuk itulah aku pindah kesini. Terlalu banyak kenangan tentangnya di apartemenku yang lama.” ujar Youngjae. “Bagaimana denganmu Eunsoo –ya, apakah ada pria lain yang telah memenangkan hatimu ?”

“A... Aku... aku tidak memiliki kekasih.” jawabnya gugup, dia menundukkan kepalanya.

“Hee.. geotjimal.”

“Aniya, aku tidak berbohong.”

“Hmm arraseo, geundae apakah ada seseorang yang kamu sukai Eunsoo –ya ?”

Eunsoo menatap Youngjae lama, Aku menyayangimu Yoo Youngjae !!

Entahlah.” tukasnya. Yap !! Pengecut sekali kamu Eunsoo –ya, rutuk Eunsoo dalam hati. Tiba-tiba ponselnya berdering, Daehyun. Dia tidak ingin mengangkat panggilan itu, tetapi Youngjae sudah mempersilahkannya.

“Waeyo ?” tukas Eunsoo.

“Eun.. Eunsoo –yaa.. aku, aku...” Suara Daehyun seperti orang yang sedang kesakitan, disusul suara barang pecah dan sesuatu yang berat jatuh.

“Daehyun-ah... DAEHYUN !!” Tak ada jawaban. Eunsoo panik, sesuatu terjadi pada Daehyun. Dia segera menelepon rumah sakit tempat Daehyun dirawat.

“Eunsoo, waeyo ?” tanya Youngjae kebingungan. Eunsoo tidak menjawab.

“Suster, tolong cek ruang VVIP No. 3 tempat pasien bernama Jung Daehyun dirawat. Ada sesuatu yang terjadi padanya... Dia baru saja menelepon saya tetapi terputus...” hening sejenak..”Tolong suster..  Saya Lee Eunsoo, koleganya. Gamsahamnida.”

“Youngjae –ya, mianhae, aku harus ke rumah sakit pusat Seoul sekarang.” ujar Eunsoo cepat.

“Aku akan mengantarmu.” Youngjae menawarkan diri. Dia khawatir terjadi sesuatu pada Eunsoo jika dia menyetir dalam keadaan kalut seperti ini. Eunsoo mengiyakan. Sesampainya di rumah sakit, Youngjae dan Eunsoo langsung menuju ruang tempat Daehyun dirawat. Perawat dan dokter telah selesai menanganinya. Setelah menyebutkan namanya, Eunsoo dipersilahkan masuk, sedangkan Youngjae menunggu di luar. Daehyun masih belum sadarkan diri.

“Sebenarnya apa yang terjadi padanya suster ?” tanya Eunsoo.

“Ketika kami menemukannya, dia sudah terbaring di lantai. Sepertinya dia melepas paksa jarum infusnya dan ingin keluar. Tetapi, karena tubuhnya masih lemah dan dia memaksa untuk berdiri tiba-tiba, dia mendapat serangan sakit kepala hebat dan tak sadarkan diri. Mengingat kecelakaan yang dia alami dan dia kehilangan banyak darah, hal ini wajar terjadi pada pasien. Hanya saja, kami minta tolong Anda untuk memintanya beristirahat total Eunsoo ssi.”

Eunsoo mengangguk dan berterimakasih pada perawat itu. Eunsoo memperhatikan wajah Daehyun, terlihat tenang dalam ketidak sadarannya.

“Apa yang kamu lakukan Daehyun –ah ?” ujar Eunsoo lirih. Eunsoo melihat ponsel Daehyun di atas meja dan dia tergelitik untuk mengeceknya. Dia menemukan bahwa GPS ponsel masih menyala dengan posisi tujuan ke apartemennya. Dia menarik kesimpulan, sebenarnya Daehyun mengerti betul kondisi tubuhnya, tetapi hal gila apa yang mendorong Daehyun untuk ingin menemuinya, selarut ini. Eunsoo tak habis pikir dengan sifat keras kepala Daehyun.

“Eunsoo –ya..” Youngjae masuk ke dalam ruangan Daehyun. “Bagaimana keadaannya ?”

“Dia sudah tidak apa-apa. Youngjae –ya, hari sudah larut. Pulanglah.. aku akan menjaganya hingga dia sadar.” ujar Eunsoo “Lagipula, kau pasti masih kelelahan karena baru pindahan hari ini.”

“Neo gwenchana ?” Youngjae masih ingin menemaninya, bertanya siapa pria yang sedang terbaring dengan kepala penuh perban itu. Eunsoo mengangguk,”Ne... Istirahatlah.”

“Geuraetji, tapi kau harus berjanji akan menghubungiku besok pagi, Aku akan menjemputmu.” ujar Youngjae sembari menyampirkan sweater kardigannya di bahu Eunsoo.

****

“Ugghhhh...” Daehyun mengerjap. Sinar matahari menerpa wajahnya. Ketika dia ingin menyentuh kepalanya yang terluka, sesuatu menahan tangannya. Dia menoleh dan melihat sosok Eunsoo yang tertidur di pinggir ranjang, dengan tangan Eunsoo menggenggam tangannya. Daehyun perlahan-lahan menggerakkan satu tangannya yang bebas dan membebaskan wajah Eunsoo yang tertutup rambut hitamnya. Terlihat kelelahan, tanpa make-up tetapi tetap cantik. Daehyun merasakan jantungnya berdebar keras..... Wanita ini sukses sekali dalam membuat hatinya berdebar.

“Selamat pagi, Eunsoo –ya.”  ujar Daehyun sembari tersenyum lebar ketika Eunsoo terbangun.

“Eumm.. kau sudah sadar ? Apa kepalamu masih sakit ? Ada sesuatu yang kau butuhkan ?” tanyanya. tiba-tiba Daehyun merasa tak enak hati melihat Eunsoo yang kelelahan.

“Tidak, terimakasih... eumm Eunsoo –ya, maaf merepotkanmu. ”

“Tidak apa-apa. Aku tidak merasa direpotkan.” Perawat masuk dan mengantar sarapan untuk Daehyun, Eunsoo segera membantu Daehyun untuk duduk dan mulai menyuapinya. Seperti anak kecil yang kelaparan, Daehyun makan dengan lahap. Eunsoo merasa seperti noona yang menyuapi adiknya. Dia tersenyum puas.

“Daehyun –ah, ada apa semalam kau meneleponku ?” tanya Eunsoo setelah Daehyun menyelesaikan sarapannya.

“Aku ingin bertemu denganmu. Aku ingin tahu kenapa kamu memperlakukanku layaknya orang asing Eunsoo –ya. Naega nomu sirheo.” ujar Daehyun tertunduk.

“Bukan begitu. Aku... aku hanya tidak ingin kamu terluka ketika mengetahui siapa diriku yang sebenarnya Daehyun...”

“Tapi, apakah engkau membenciku ?”

Eunsoo menimpali, “Aniya.. kenapa kau sampai berpikiran begitu ? Ssstt, sekarang yang terpenting beristirahatlah total Daehyun –ah. Jika kau memaksakan diri mengunjungiku seperti tadi malam, aku akan benar-benar membencimu.”

Daehyun memaksakan diri tersenyum, ”Asal kau tahu Eunsoo –ya, jika ternyata kamu orang jahat sekalipun, aku tidak peduli. Karena aku yakin pada diriku yang telah memilihmu.”

Eunsoo menahan air matanya keluar. Aku telah berlaku kejam padamu Daehyun-ah. Aku tidak pantas mendapatkanmu.

“Bolehkah aku tidur ?” efek obat yang Daehyun minum sepertinya mulai bekerja. Eunsoo membantunya untuk berbaring dan menyelimutinya. Setelah dirasa Daehyun tertidur, Eunsoo mengambil ponselnya.

“Youngjae –ya.. bisa kamu jemput aku sekarang ? Maaf merepotkanmu lagi.... Arraseo, gomawo.”

Eunsoo memperhatikan sosok Daehyun yang tertidur memunggunginya. Dia berkata sangat pelan, “Geumanhae Daehyun –ah... Aku mencintai Youngjae. Mianhae... Jongmal mianhae...”

Eunsoo bangkit dan perlahan meninggalkan ruangan tempat Daehyun tertidur. Hal yang tidak diketahui Eunsoo, Daehyun masih terjaga dan mendengar dengan jelas pernyataan Eunsoo.

“Sial.” Daehyun menekan wajahnya, menahan butiran air mata yang mulai muncul di pelupuk mata.

To be continued ~~
picture credit : Brisk ; Vocal & Visual 

2 komentar:

Afi mengatakan...

aku kok jadi sebel ya, sama si eunsoo ini.. bisa-bisanya dia, oppa-oppaku dipermainkan begitu saja.. hemm..

anyway, ceritanya kereeenn..

Aninditya mengatakan...

hahahaha
kalo menurutku gini Eunsoo itu masih sayang banget sama Youngjae, dia kan berusaha menghindari Daehyun :)
cuma dia ga bisa serta merta mengacuhkan Daehyun krn dia merasa utang budi sama dia...
cieeee

tunggu yang selanjutnya yak :D

Posting Komentar

 

Annyeong to my crazy corner ! Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review