It didn’t seem like we had to do this
So my heart hurts so much (heart hurts)
(From the beginning, I held you in the left side of my heart and you thickly remain)
So my heart hurts so much (heart hurts)
(From the beginning, I held you in the left side of my heart and you thickly remain)
I throw away my feelings but I still miss you as I fall asleep
But on this a rainy night, I cannot fall asleep ~~ B.A.P Rain Sound
But on this a rainy night, I cannot fall asleep ~~ B.A.P Rain Sound
Sudah 3 bulan mereka berkencan tetapi hati Eunsoo
terus merasa bersalah pada Youngjae. Eunsoo merasa senang jika berada di
dekatnya tetapi sangat berbeda dengan perasaan ketika berada di sisi Daehyun.
Eunsoo frustasi dengan perasaannya sendiri. Youngjae yang mencurahkan kasih
sayang padanya dan hati kecilnya yang terus menolak menerimanya.
“Eunsoo –ya, kajja...” kata Youngjae sembari
menyerahkan pasport Eunsoo padanya. Sekarang mereka sedang berada di bandara internasional
Gimpo karena Youngjae diharuskan berangkat ke Osaka untuk mengaransemen lagu Japanese version dari boygroup B.A.P.
Karena Eunsoo juga sedang mengambil cuti, maka dia mengajak Eunsoo sekalian
berlibur.
“Nee.., geundae, bolehkah aku ke toilet sebentar
?”
“Aku tunggu disini.” Eunsoo segera beranjak. Sedikit
berlari dia menuju toilet bandara karena 10 menit lagi mereka sudah harus masuk
ke boarding pass. Karena terburu-buru
dia tidak awas dengan orang didepannya.
“Joesonghamnida agasshi.” ujar Eunsoo sembari
membersihkan celana jeansnya.
“Gwenchanseumnida.” pria yang ditabraknya justru membantunya
berdiri. “Geurom...” ujar pria itu, berbalik. Aksen itu...
“Chankamannyo...” Pria itu memakai kacamata hitam,
tetapi sosok dan aksennya sangat dikenal Eunsoo. Dia sangat yakin pria itu
adalah...
“Daehyun-ah...” Dia memanggil pria itu. Tetapi sayang karena bandara
sangat ramai, Pria itu tak menoleh sedikitpun. Eunsoo lupa akan urusannya ingin
ke toilet dan justru mengikuti orang itu.
“Eunsoo –ya, kau mau kemana ?” tiba-tiba Youngjae
menarik tangannya.
“Aaa.. Ani.. tidak kemana-mana. Aku lupa jika kamu
menungguku disini. Aku kira di bangku depan sana.” ujar Eunsoo berbohong.
Youngjae menatap Eunsoo sesaat.
“Hmmm... baiklah jagiya, ayo berangkat.” Youngjae
menggandeng tangan Eunsoo yang menuruti Youngjae seperti orang linglung.
Pikirannya masih terpaku pada sosok pria yang ditabraknya tadi. Eunsoo yakin
dia Daehyun.
Selama di pesawat, Eunsoo terus melamun. Youngjae
menyadari ada sesuatu yang terjadi di bandara, tetapi Youngjae tidak ingin
bertanya. Dia sangat menghormati privasi Eunsoo.
“Youngjae –ya, tiba-tiba aku merasa tak enak
badan. Kepalaku pusing.” celetuk Eunsoo ketika mereka tiba di Bandara Internasional
Kansai. Youngjae segera menempelkan tangannya di dahi Eunsoo. Benar, Eunsoo
demam.
“Astaga Eunsoo –ya... Begitu sampai hotel akan aku
panggilkan dokter ya ?”
“Eummm... tidak usah. Aku hanya ingin beristirahat sebentar. Bolehkah
? Aku janji besok pagi aku sudah sembuh. Mianhae sudah merusak liburan kita.”
ujarnya.
“Aissshh.. kenapa kamu meminta maaf ? Tentu saja
tidak apa-apa.” Youngjae gemas sekali dengan sikap Eunsoo. “Bermanjalah
denganku walau hanya sebentar.. Okay ?” Youngjae merengkuh bahu Eunsoo ke dalam
pelukannya.
“Ne.” Eunsoo –ya, neo jinja nappeun yeoja. Eunsoo
melihat sosok pria itu beberapa meter didepan mereka, keluar dari boarding pass
dengan pesawat yang sama. Daehyun yang dingin dan tak terjangkau. Ingin sekali
Eunsoo memanggilnya, tapi dia tak bisa. Ada lengan hangat yang sedang
memeluknya saat ini. Dan ketika Daehyun melihatnya, dia hanya tersenyum
padanya, senyum kosong. Daehyun mengangguk sedikit padanya dan segera berlalu.
Memori Eunsoo kembali kepada potongan peristiwa dirinya dengan Daehyun. Daehyun
yang tersenyum riang, canda tawanya, aegyo nya, pengakuan jujurnya, segalanya.
Dan sekarang dia.... sangat berbeda. Eunsoo merasa dadanya sakit, lebih sakit
daripada pusing di kepalanya. Tak terasa air matanya menetes. Oh My God !! You're really thickly remain in my mind, Jung Daehyun.
“Eunsoo
–ya, apa sakit sekali ?” Youngjae benar-benar mengkhawatirkan Eunsoo yang mulai
menangis.
“Ughhh.. gwenchan...” suara Eunsoo tercekat.
“Uljima...” Youngjae mengusap airmata Eunsoo.
Eunsoo menggeleng.
“Mian.” Air mata Eunsoo terus mengalir. Youngjae
langsung menuntun Eunsoo ke mobil yang telah disiapkan untuknya dan bergegas ke
hotel tempatnya menginap. Eunsoo tertidur selama perjalanan. Sesampainya di hotel,
Youngjae menggendongnya dan menidurkannya di ranjang. Raut wajah kelelahan dan
kesedihan yang tergambar disana. Youngjae mengingat kebersamaan mereka selama 3
bulan. Hingga detik ini dia belum sepenuhnya memahami Eunsoo, dan Eunsoo pun
seakan menutup sisi lain dirinya dari Youngjae.
“Wae geurae Eunsoo –ya ? Tak bisakah aku bisa
masuk ke dalam kehidupanmu ?” Youngjae mengelus rambut hitam Eunsoo, mengecup
keningnya. “Tahukah kamu, aku mencintaimu Eunsoo –ya ? Ijinkan aku
membahagiakanmu.” ujarnya pelan, putus asa.
****
Eunsoo terbangun keesokan harinya, mendapati
sebuah memo, semangkuk bubur abalon dan obat demam di meja samping tempat
tidurnya.
Aku ada
di studio rekaman hingga jam makan siang. Makan dan minumlah obatmu. Aku ingin
kau cepat sembuh dan bersenang-senang bersamaku, Arra ? ^^
Eunsoo tersenyum, beranjak dari tempat tidurnya dan membersihkan
diri. Kemudian dia menyantap sarapannya dan mengetik SMS ke Youngjae
Kenapa ada
bubur abalon di Osaka ? Geundae, gomapta ^^Rasanya enak.
Tak lama, SMS balasan Youngjae masuk.
Sudah merasa
baikan ? Hotel tempat kita menginap memiliki koki dari Korea, aku memintanya
membuatkan bubur untukmu. Baik-baik di hotel jagiya. Oh iya, aku menaruh kunci
mobilku di laci meja dekat ranjangmu,sekiranya
kamu ingin keluar ^^ Atau.. kamu ingin menunggu pangeranmu datang dan
mengajakmu menikmati malam di Osaka ? hahahahaha :D
Sangat sehat
:D Pangeran nugu ? hahahaha Me~~rooong :P
Youngjae tidak membalas. Eunsoo mengerti pasti dia
sedang larut dalam mengaransemen lagu. Badan Eunsoo jauh lebih baik ketimbang
semalam. Semalam... Eunsoo –yaaa.. ayolah
!! lupakan Daehyun. Sekarang kau bersama pria yang kamu cintai bukan ? You're with Youngjae now. Not him.
Eunsoo menepuk pipinya, menghela nafas berat. Dia memutuskan berjalan-jalan sebentar sekaligus menjemput
Youngjae untuk makan siang. Youngjae telah menuliskan alamat studio, dan
untungnya Eunsoo sedikit banyak menguasai bahasa Jepang.
“Arigatou gozaimasu” ujarnya setelah menerima
sekantong kue dorayaki hangat. Osaka sangat ramai. Meskipun begitu Eunsoo puas
berjalan-jalan di pedestrian Dotonburi melihat anak muda Jepang dengan dandanan
yang unik. Jika dia tak ingat tujuannya keluar hotel, mungkin dia akan melahap
semua jajanan khas Osaka yang tersedia di sana.
Bubur abalon tidak cukup mengisi perutnya.
“Youngjae –ya... aku didepan studiomu.” Eunsoo
menghubungi ponsel Youngjae. Jam sudah menunjukkan lewat tengah hari, tetapi
pekerjaan Youngjae belum juga selesai.
“Masuklah
Eunsoo –ya, tunggulah didalam.” ujar
Youngjae sedikit keras, mencoba mengalahkan suara instrumen musik. Eunsoo menuruti
Youngjae. Setelah dia melihat sosok Youngjae, Eunsoo melambaikan tangannya.
Youngjae melihatnya dan menghampirinya.
“Aigooo... nae yeppeo jagiya. Nomu bogoshipta.”
ujar Youngjae mencubit pipi Eunsoo. Eunsoo tertawa.
“Ahh ne, aku kenalkan produser musik untuk project
ini Eunsoo ya...” Youngjae masuk ke ruang rekam dan memanggil seseorang. Eunsoo
terkesiap ketika melihat pria yang dipanggil Youngjae.
“Kenalkan Eunsoo –ya, dia adalah Jung Byunghee, Komposer
utama di TS Entertainment.” Pria itu mengulurkan tangannya. Mirip... seseorang.
“Aaa.. naneun Lee Eunsoo imnida.”
“Jung Byunghee imnida. Youngjae –ya, dia sangat
cantik.” ujar Byunghee pada Youngjae.
“Tentu saja. As always from my girlfriend.” ujar
Youngjae mengalungkan lengannya di bahu Eunsoo. Byunghee hanya tertawa.
“Apakah kalian nyaman tinggal di hotel yang aku
siapkan ?” tanyanya. Tetapi sebelum mereka berdua sempat menjawab pertanyaan
Byunghee, staff studio memanggilnya.
“Ahh ne,
chankamannyo. Ada yang mencariku diluar. Geurom.” Byunghee berlalu. Eunsoo
melihat bayangan Byunghee yang mengobrol dengan seseorang diluar sana. Pasti
kerabatnya karena Byunghee tertawa renyah dan meninju pelan lengan tamunya.
Hanya sebentar, dan dia masuk kembali ke ruang studio.
“Mianhaeyo, adik laki-laki saya.” ujarnya. “Jadi,
bagaimana ?”
“Aahhh hotel ? Kami nyaman di sana. Aku tak
menyangka menemukan banyak menu masakan Korea dari restoran hotel. Gomawo
hyung.” ujar Youngjae.
“Tak usah dipikirkan.. Lagipula hotel itu milik
adikku.” Adik ?
“Igo.. bolehkah aku tahu siapa nama adik anda
Byunghee ssi ?”
“Daehyun. Jung Daehyun.” Jantung Eunsoo berdegup
kencang ketika nama itu disebutkan.
Byunghee seperti mengingat sesuatu, tergambar dari raut wajahnya.
“Eunsoo.. Lee Eunsoo. Bukankah kita pernah bertemu
sebelumnya ? Di rumah sakit saat....”
“Saat saya sedang menjenguk teman saya. Iya saya
ingat...” Potong Eunsoo cepat, kemudian tersenyum penuh arti. Raut wajah
Byunghee menunjukkan ketidaksetujuannya, tetapi dia memilih diam. Dia ingat
wanita ini adalah interior designer di perusahaan ayahnya, orang yang
diselamatkan adiknya ketika kecelakaan proyek dulu. Juga orang pertama yang
ingin ditemui Daehyun begitu dia tersadar. It's too obvious that Daehyun has that kind of feeling to this woman. Tetapi ternyata dia adalah kekasih dari partner komposernya ? Dunia begitu sempit.
“Jja... Youngjae –ya, pekerjaan hari ini sudah cukup.
Lagipula kamu sudah dijemput oleh kekasihmu yang cantik ini. Besok pagi kita lanjutkan
kembali.” ujar Byunghee.
“Jinja hyung ? Aaaa manhi gomapgo.” Youngjae
terlihat senang sekali. Dia segera mengambil mantelnya dan menggiring Eunsoo.
“Uri galkke.. annyeong hyung.”
****
Hari ini adalah hari keempat mereka berada di
Jepang. Harin termangu di kamarnya sendiri. Sejak dini hari Youngjae telah
meninggalkan hotel karena mempersiapkan proses vocal record boyband B.A.P.
Bisa dipastikan seharian Youngjae akan berada disana. Memikirkannya saja sudah
membuat Eunsoo merasa bosan. Untuk mengusir kebosanannya dia memutuskan berjalan-jalan
di lingkungan hotel sambil mengambil beberapa gambar.
Diam-diam dia mengagumi kehebatan Daehyun. Dia
cukup mengerti bagaimana kisah hidup keluarga Jung dari obrolan pegawai di
kantornya. Hotel ini cukup luas dan memiliki desain arsitektur yang bagus.
Hotel yang awalnya hanya ada di Busan ini diwariskan kakek Daehyun ke
tangannya. Dari awal memang dia dipersiapkan mengelola bisnis ini. Sedangkan kakak dan ayahnya lebih memilih berkarir di bidang lain. Hal yang
tidak sia-sia karena di umurnya yang masih muda, dia telah mengembangkan cabang
hotelnya hingga ke Seoul dan Osaka. Menjadikannya salah satu
pebisnis muda Korea yang patut diperhitungkan.
Eunsoo bersandar pada bangku yang tersedia di
pinggir kolam renang. Area kolam renang yang rimbun oleh pepohonan membuat
Eunsoo mengantuk. Ketika dia ingin memejamkan matanya, seseorang terjun ke
dalam kolam renang dari papan loncat. Cipratan airnya mengenai baju Eunsoo.
“Yaisshhh...” Eunsoo mengumpat. Kaosnya basah. Dia
segera mengecek kamera Canon SX500 IS milik Youngjae –yang untungnya terkena sedikit cipratan
air. Cukup kesal, dia melihat orang yang terjun tadi keluar dari kolam –tepat
didepannya.
Great !! Can anybody stop this fucking flutter heart ?
Great !! Can anybody stop this fucking flutter heart ?
To be continued ~~
Pictures credit : Busan Boy ; Vocal & Visual
0 komentar:
Posting Komentar