6.5.13

Our Heartquake Story : What My Heart Tells Me to Do (Daehyun)

Ditulis oleh Aninditya di 5/06/2013 02:15:00 AM
Did you hurt a lot? Are you really tired? Did I make things hard for you?
I was only used to receiving love – I think I only knew myself
I know your heart, I know
I know your love but I guess it’s not for me ~~ B.A.P What My Heart Tells Me to Do

“Eunsoo –ya... Eunsoo –ya ?” Youngjae memanggilnya berulang kali tetapi tidak mendapat respon.  Sepanjang perjalanan Eunsoo terus diam, memikirkan sesuatu. Youngjae menepuk bahunya

“Neo gwenchana ?” Eunsoo tersentak

“Ehheumm, gwenchana... waeyo ?”

“Aku memanggilmu berulang kali ingin memastikan apa kau ingin sarapan dulu, atau langsung ke apartemen ?” Youngjae mengecek jam tangannya,”Meskipun saat ini tidak dapat dikatakan sarapan sih.”

“Aaa, mianhae. Aku sedang tak bernafsu untuk makan sekarang Youngjae –ya. Kita langsung pulang saja.”

Tetapi Youngjae sengaja tidak ingin menuruti apa kata Eunsoo, dia membelokkan mobilnya ke salah satu restoran fast food terdekat.

“Kajja, let’s get some brunch first. Aku tahu kamu belum makan dari semalam.” Youngjae tersenyum.  Entah berapa kali Eunsoo jatuh cinta dengannya hanya karena senyumannya ini. Dia mengangguk dan mengikuti Youngjae kedalam.

“Siapa pria yang di rumah sakit itu ?” tanya Youngjae setelah mereka memesan makanan.

“Jung Daehyun, Klien yang menggunakan jasaku untuk mendesain hotelnya...” Eunsoo pun menceritakan bagaimana Daehyun bisa terbaring di rumah sakit. “Dia melindungiku dan aku merasa aku berhutang budi padanya.” Eunsoo menghela nafas.

“Dan kenapa dia meneleponmu semalam ? Aku rasa dia tipe orang yang mengerti dengan baik kesehatan tubuhnya.”

“Aku tidak tahu. Aku tak berani menanyakannya karena kondisinya itu.” Eunsoo membuang muka, tak ingin Youngjae mengetahui bahwa dia berbohong.

“Arrasseo... makanlah. Aku yang mentraktirmu. Aku juga lapar.” ujar Youngjae ketika pesanan mereka sudah datang. Eunsoo memperhatikan Youngjae yang makan dengan lahap. Memikirkan bagaimana bisa dia mencintai Youngjae hingga detik ini. Tak perlu jawaban pasti, karena semuanya... semua yang ada di diri Youngjae disukai oleh Eunsoo.

“Yaaa.. kenapa kau senyum-senyum sendiri ? Kau menakutiku Eunsoo –ya. Aaahh !! Apa kau menyadari ketampananku saat ini ? Jelas saja, aku sudah mandi dan kau belum. Hahahahaha...” Youngjae tertawa renyah sekali. Muka Eunsoo memerah, tetapi cepat-cepat dia mengendalikan perasaannya.

“Yaa... Enak saja !” Eunsoo memukul pelan lengan Youngjae dengan sendok yang dipegangnya. “Aku hanya tak menyangka, sosokmu seperti anak kecil kelaparan Youngjae –ya, tak berubah. Coba sini berikan aegyo terbaikmu padaku.”

“Sirheo !! Aku sudah bukan anak kecil lagi. Nan aedeul animnida... Namja imnida.” ujar Youngjae. Tetapi dia mengatakannya sambil memberikan aegyo gagalnya pada Eunsoo.

****

Eunsoo menjenguk Daehyun setiap hari setelah kejadian malam itu. Memastikan dia berangsur membaik. Mungkin terdengar aneh, meskipun hati Eunsoo telah memilih Youngjae, tapi jauh di lubuk hatinya, dia sangat ingin melihat senyuman Daehyun. Ada sesuatu dari senyumannya yang menentramkan hati Eunsoo. Menemani Daehyun, bercanda dengannya, mengobrol, Eunsoo sangat ikhlas melakukannya, dan dia menikmatinya. Ya, karena dia menganggap Daehyun adalah temannya, sahabat baiknya. Daehyun tidak pernah mengungkit tentang pernyataan perasaanya pada Eunsoo karea dia sangat mengerti bahwa cintanya pada wanita itu bertepuk sebelah tangan. Eunsoo hanya menganggapnya tak lebih dari sekedar teman yang kebetulan menyewa jasanya.

“Eunsoo –ya, kau tidak perlu datang lagi kesini mulai besok. Aku sudah diperbolehkan pulang.” ujar Daehyun, seperti biasa tersenyum.

“Geurae ? Apa perlu aku menjemputmu besok ?”

“Tidak usah.. Kakakku yang akan menjemputku, dan sementara aku akan tinggal di rumah orang tuaku.”

“Tapi, sungguh. Apa kau sudah baik-baik saja ?” Eunsoo betul-betul mengkhawatirkan Daehyun, sudah seminggu Daehyun terbaring di rumah sakit tetapi.. Entahlah.. Eunsoo merasa, ada sesuatu yang berbeda dari diri Daehyun sejak kejadian malam itu. Seperti ada yang hilang dari dirinya.

“Ne.. jinja gwenchanseumnida.” Daehyun mengeluarkan aksen Busan nya, yang sebenarnya sangat disukai oleh Eunsoo.

“Eunsoo –ya...”

“Ne ?”

“Jongmal joesonghamnida. Naega jalmothaesseo.”

“Wae ? Bersalah ? Kamu tidak memiliki salah apapun terhadapku.” Daehyun hanya tersenyum. Jam berkunjung telah habis dan Eunsoo pamit pulang.

“Baik-baik Daehyun –ah. Aku akan melanjutkan proyek kita setelah kamu benar-benar sembuh. Aku tak suka melihatmu dengan pakaian rumah sakit itu.” ujar Eunsoo tertawa.

“Nee Eunsoo –ya.. Jalkayo.. Annyeong.” Daehyun masih tersenyum ketika Eunsoo menutup pintu ruangannya.

“Selamat tinggal Eunsoo ya. Berbahagialah...” Ya, aku akan menghilang dari kehidupanmu. Daehyun memilih mundur bukan tanpa alasan. Beberapa hari lalu, ketika Daehyun sedang berjalan-jalan di taman rumah sakit, dia melihat sosok Eunsoo turun dari mobil dengan seorang pria yang mengantarnya. Dia melihat bagaimana wajah Eunsoo yang berseri saat itu, sangat cantik, hal yang tidak pernah diperlihatkan Eunsoo di depannya. Dan ketika Eunsoo memanggil pria itu Youngjae, nama yang dia gumamkan dulu. Daehyun merasa saat itulah dia harus menyerah.


****

Proyek hotel itu selesai beberapa minggu kemudian tanpa campur tangan langsung dari Daehyun.  Eunsoo cukup terkejut ketika dia bertemu dengan asisten Daehyun yang mengatakan bahwa atasannya sedang sibuk dengan urusan di Busan dan menyerahkan finishing hotel itu padanya. Daehyun tidak pernah menghubungi Eunsoo lagi sejak hari itu. Hal yang mengagetkan Eunsoo kembali, fee nya sebagai interior designer lebih besar daripada yang seharusnya. Ketika Eunsoo menanyakan hal itu kepada Jung Jihoon, beliau hanya tersenyum dan meminta Eunsoo bekerja lebih giat lagi. Jawaban yang sangat tidak disukai Eunsoo.

Bukan sekali, dua kali Eunsoo berusaha menghubungi Daehyun, tapi hasilnya nihil. Daehyun mengganti nomor ponselnya. Asistennya selalu menjawab Daehyun tidak ada ditempat ketika Eunsoo menelepon kantornya.

Neo eodiya Daehyun –ah... batin Eunsoo, dan meskipun Eunsoo enggan mengatakannya Eunsoo merindukan Daehyun. Entahlah... berbeda rasanya ketika Youngjae meninggalkannya dulu. Eunsoo sedang termangu di kafe langganannya ketika Youngjae menyusulnya.

“Ternyata kamu disini Eunsoo –ya.” ujar Youngjae sembari meletakkan segelas Ice Americano di depannya. Eunsoo menatap Youngjae lama. Pria ini... dia menghabiskan bertahun-tahun mencintainya, hanya dia seorang. Sekarang perasaan itu.... Eunsoo menautkan jari-jari tangannya, menunduk. Seolma...Eunsoo –ya.

“Sepertinya ada yang sedang kau pikirkan Eunsoo ?”

“Aahhh.. eobsseo.. Aku hanya merasa kau bertambah tampan akhir-akhir ini Youngjae –ya.”

“Hahahaha.. dan kau bertambah cantik saja.” Youngjae tersenyum

“Bagaimana tuan komposer, apakah lagu gubahanmu sudah selesai ?” tanya Eunsoo membuka pembicaraan.

“Yap, boyband yang aku tangani juga menerimanya. Mereka akan menampilkannya akhir minggu ini.” Youngjae terdiam sesaat.

“Pasti bagus. Aku selalu menyukai lagu buatanmu.” Eunsoo tersenyum

“Eunsoo –ya, bisa kamu dengar lagu yang aku gubah sekarang ? Aku merasa ada yang kurang dengan instrumennya.” Eunsoo mengangguk cepat dan mengambil Ipod Youngjae. Youngjae menunjukkan lagu yang dia maksud, judul lagu itu Crash.

“Yaaa... Kau bercanda bukan ? Instrumen lagu ini sama dengan versi awalnya. Tidak ada yang berbeda.” ujar Eunsoo ketika selesai mendengar lagu itu.

“Ada Eunsoo –ya. Yang berbeda adalah untuk siapa lagu itu aku ciptakan. Kamu tahu dengan pasti aku tidak pernah mengijinkan seorang wanita mendengar lagu gubahanku melalui Ipod ku. Bahkan Ahra sekalipun. Lagu ini aku ciptakan setelah aku bertemu denganmu. Ya, lagu ini untukmu. Perasaanku yang sebenarnya tergambar di liriknya. Aku serius.” Youngjae mengatakannya dengan mantap.

“Geotjimal.” mata Eunsoo mulai berkaca-kaca.

“Neon naega mido.” (percayalah padaku) ujar Youngjae sembari menggenggam tangan Eunsoo.

“Sejak kapan ?”

“Aku tidak tahu tepatnya. Yang pasti, aku menyayangimu Eunsoo –ya. Sebagai sahabat juga sebagai seorang yeoja.” Youngjae mengusap pipi Eunsoo yang mulai basah. ”Maukah kamu menjadi kekasihku ?”

Ragu, Eunsoo menunduk. Eunsoo –ya, bukankah hal ini yang kamu nantikan selama ini ? Akhirnya Youngjae memilihmu Eunsoo –ya. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan ? Eunsoo tahu perasaan itu tak lagi sama. Tapi di satu sisi, hatinya masih diisi oleh Youngjae. Perlahan-lahan, Eunsoo mengangguk.

“Aku rasa.. Aku juga menyayangimu Youngjae –ya.” ujarnya pelan.

Youngjae tersenyum lebar, lalu bersandar sembari memegang dadanya, lega. “Kamu tahu betapa gugupnya aku tadi ? haaa...” Eunsoo tersenyum.

“Gomapta... Jagiya.”  Youngjae menarik tangan Eunsoo kembali dan mencium punggung tangannya. Seketika wajah Eunsoo memerah.

“Our first skinship as a couple... and this...” Youngjae memajukan badannya dan mencium kening Eunsoo “our second skinship.” ujar Youngjae, nyengir.

“Geumanhae... aku malu jika kau menghitungnya.” wajah Eunsoo masih memerah. Baru kali ini Youngjae melihat sosok Eunsoo yang seperti itu. Sangat manis, Yongjae mengusap rambut Eunsoo.

“Aigooo.. nae yeoja jinja yeppeuda.. Aigooo... nomu gwiyeowo.”

Di saat yang sama di sudut kafe itu, seulas senyum sedih terukir...

To be continued~~
Pictures credit : Brisk ; Busan Boy

0 komentar:

Posting Komentar

 

Annyeong to my crazy corner ! Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review