Did you hurt a lot? Are you really tired? Did I make things hard for you?
I was only used to receiving love – I think I only knew myself
I was only used to receiving love – I think I only knew myself
I know your heart, I know
I know your love but I guess it’s not for me ~~ B.A.P What My Heart Tells Me to Do
I know your love but I guess it’s not for me ~~ B.A.P What My Heart Tells Me to Do
“Eunsoo –ya... Eunsoo –ya ?” Youngjae memanggilnya berulang
kali tetapi tidak mendapat respon.
Sepanjang perjalanan Eunsoo terus diam, memikirkan sesuatu. Youngjae
menepuk bahunya
“Neo gwenchana ?” Eunsoo tersentak
“Ehheumm, gwenchana... waeyo ?”
“Aku memanggilmu berulang kali ingin memastikan apa kau
ingin sarapan dulu, atau langsung ke apartemen ?” Youngjae mengecek jam
tangannya,”Meskipun saat ini tidak dapat dikatakan sarapan sih.”
“Aaa, mianhae. Aku sedang tak bernafsu untuk makan sekarang
Youngjae –ya. Kita langsung pulang saja.”
Tetapi Youngjae sengaja tidak ingin menuruti apa kata
Eunsoo, dia membelokkan mobilnya ke salah satu restoran fast food terdekat.
“Kajja, let’s get some brunch first. Aku tahu kamu belum
makan dari semalam.” Youngjae tersenyum.
Entah berapa kali Eunsoo jatuh cinta dengannya hanya karena senyumannya
ini. Dia mengangguk dan mengikuti Youngjae kedalam.
“Siapa pria yang di rumah sakit itu ?” tanya Youngjae
setelah mereka memesan makanan.
“Jung Daehyun, Klien yang menggunakan jasaku untuk
mendesain hotelnya...” Eunsoo pun menceritakan bagaimana Daehyun bisa terbaring
di rumah sakit. “Dia melindungiku dan aku merasa aku berhutang budi padanya.”
Eunsoo menghela nafas.
“Dan kenapa dia meneleponmu semalam ? Aku rasa dia tipe
orang yang mengerti dengan baik kesehatan tubuhnya.”
“Aku tidak tahu. Aku tak berani menanyakannya karena
kondisinya itu.” Eunsoo membuang muka, tak ingin Youngjae mengetahui bahwa dia
berbohong.
“Arrasseo... makanlah. Aku yang mentraktirmu. Aku juga
lapar.” ujar Youngjae ketika pesanan mereka sudah datang. Eunsoo memperhatikan
Youngjae yang makan dengan lahap. Memikirkan bagaimana bisa dia mencintai
Youngjae hingga detik ini. Tak perlu jawaban pasti, karena semuanya... semua
yang ada di diri Youngjae disukai oleh Eunsoo.
“Yaaa.. kenapa kau senyum-senyum sendiri ? Kau menakutiku
Eunsoo –ya. Aaahh !! Apa kau menyadari ketampananku saat ini ? Jelas saja, aku
sudah mandi dan kau belum. Hahahahaha...” Youngjae tertawa renyah sekali. Muka
Eunsoo memerah, tetapi cepat-cepat dia mengendalikan perasaannya.
“Yaa... Enak saja !” Eunsoo memukul pelan lengan Youngjae
dengan sendok yang dipegangnya. “Aku hanya tak menyangka, sosokmu seperti anak
kecil kelaparan Youngjae –ya, tak berubah. Coba sini berikan aegyo terbaikmu
padaku.”
“Sirheo !! Aku sudah bukan anak kecil lagi. Nan aedeul
animnida... Namja imnida.” ujar Youngjae. Tetapi dia mengatakannya sambil
memberikan aegyo gagalnya pada Eunsoo.
****
Eunsoo menjenguk Daehyun setiap hari setelah kejadian malam
itu. Memastikan dia berangsur membaik. Mungkin terdengar aneh, meskipun hati
Eunsoo telah memilih Youngjae, tapi jauh di lubuk hatinya, dia sangat ingin
melihat senyuman Daehyun. Ada sesuatu dari senyumannya yang menentramkan hati
Eunsoo. Menemani Daehyun, bercanda dengannya, mengobrol, Eunsoo sangat ikhlas
melakukannya, dan dia menikmatinya. Ya, karena dia menganggap Daehyun adalah
temannya, sahabat baiknya. Daehyun tidak pernah mengungkit tentang pernyataan
perasaanya pada Eunsoo karea dia sangat mengerti bahwa cintanya pada wanita itu
bertepuk sebelah tangan. Eunsoo hanya menganggapnya tak lebih dari sekedar
teman yang kebetulan menyewa jasanya.
“Eunsoo –ya, kau tidak perlu datang lagi kesini mulai
besok. Aku sudah diperbolehkan pulang.” ujar Daehyun, seperti biasa tersenyum.
“Geurae ? Apa perlu aku menjemputmu besok ?”
“Tapi, sungguh. Apa kau sudah baik-baik saja ?” Eunsoo
betul-betul mengkhawatirkan Daehyun, sudah seminggu Daehyun terbaring di rumah
sakit tetapi.. Entahlah.. Eunsoo merasa, ada sesuatu yang berbeda dari diri
Daehyun sejak kejadian malam itu. Seperti ada yang hilang dari dirinya.
“Ne.. jinja gwenchanseumnida.” Daehyun mengeluarkan aksen
Busan nya, yang sebenarnya sangat disukai oleh Eunsoo.
“Eunsoo –ya...”
“Ne ?”
“Jongmal joesonghamnida. Naega jalmothaesseo.”
“Wae ? Bersalah ? Kamu tidak memiliki salah apapun
terhadapku.” Daehyun hanya tersenyum. Jam berkunjung telah habis dan Eunsoo
pamit pulang.
“Baik-baik Daehyun –ah. Aku akan melanjutkan proyek kita
setelah kamu benar-benar sembuh. Aku tak suka melihatmu dengan pakaian rumah
sakit itu.” ujar Eunsoo tertawa.
“Nee Eunsoo –ya.. Jalkayo.. Annyeong.” Daehyun masih
tersenyum ketika Eunsoo menutup pintu ruangannya.
“Selamat tinggal Eunsoo ya. Berbahagialah...” Ya, aku akan menghilang dari kehidupanmu.
Daehyun memilih mundur bukan tanpa alasan. Beberapa hari lalu, ketika Daehyun
sedang berjalan-jalan di taman rumah sakit, dia melihat sosok Eunsoo turun dari
mobil dengan seorang pria yang mengantarnya. Dia melihat bagaimana wajah Eunsoo
yang berseri saat itu, sangat cantik, hal yang tidak pernah diperlihatkan
Eunsoo di depannya. Dan ketika Eunsoo memanggil pria itu Youngjae, nama yang
dia gumamkan dulu. Daehyun merasa saat itulah dia harus menyerah.
****
Proyek hotel itu selesai beberapa minggu kemudian tanpa
campur tangan langsung dari Daehyun.
Eunsoo cukup terkejut ketika dia bertemu dengan asisten Daehyun yang
mengatakan bahwa atasannya sedang sibuk dengan urusan di Busan dan menyerahkan finishing hotel itu padanya. Daehyun
tidak pernah menghubungi Eunsoo lagi sejak hari itu. Hal yang mengagetkan
Eunsoo kembali, fee nya sebagai interior designer lebih besar daripada
yang seharusnya. Ketika Eunsoo menanyakan hal itu kepada Jung Jihoon, beliau
hanya tersenyum dan meminta Eunsoo bekerja lebih giat lagi. Jawaban yang sangat
tidak disukai Eunsoo.
Bukan sekali, dua kali Eunsoo berusaha menghubungi Daehyun,
tapi hasilnya nihil. Daehyun mengganti nomor ponselnya. Asistennya selalu menjawab
Daehyun tidak ada ditempat ketika Eunsoo menelepon kantornya.
Neo eodiya Daehyun
–ah... batin Eunsoo, dan meskipun Eunsoo enggan mengatakannya Eunsoo
merindukan Daehyun. Entahlah... berbeda rasanya ketika Youngjae meninggalkannya
dulu. Eunsoo sedang termangu di kafe langganannya ketika Youngjae menyusulnya.
“Ternyata kamu disini Eunsoo –ya.” ujar Youngjae sembari
meletakkan segelas Ice Americano di depannya. Eunsoo menatap Youngjae lama. Pria ini... dia menghabiskan
bertahun-tahun mencintainya, hanya dia seorang. Sekarang perasaan itu.... Eunsoo menautkan jari-jari tangannya,
menunduk. Seolma...Eunsoo –ya.
“Sepertinya ada yang sedang kau pikirkan Eunsoo ?”
“Aahhh.. eobsseo.. Aku hanya merasa kau bertambah tampan
akhir-akhir ini Youngjae –ya.”
“Hahahaha.. dan kau bertambah cantik saja.” Youngjae
tersenyum
“Bagaimana tuan komposer, apakah lagu gubahanmu sudah
selesai ?” tanya Eunsoo membuka pembicaraan.
“Yap, boyband yang aku tangani juga menerimanya. Mereka
akan menampilkannya akhir minggu ini.” Youngjae terdiam sesaat.
“Pasti bagus. Aku selalu menyukai lagu buatanmu.” Eunsoo
tersenyum
“Eunsoo –ya, bisa kamu dengar lagu yang aku gubah sekarang
? Aku merasa ada yang kurang dengan instrumennya.” Eunsoo mengangguk cepat dan
mengambil Ipod Youngjae. Youngjae menunjukkan lagu yang dia maksud, judul lagu
itu Crash.
“Yaaa... Kau bercanda bukan ? Instrumen lagu ini sama
dengan versi awalnya. Tidak ada yang berbeda.” ujar Eunsoo ketika selesai
mendengar lagu itu.
“Ada Eunsoo –ya. Yang berbeda adalah untuk siapa lagu itu
aku ciptakan. Kamu tahu dengan pasti aku tidak pernah mengijinkan seorang
wanita mendengar lagu gubahanku melalui Ipod ku. Bahkan Ahra sekalipun. Lagu
ini aku ciptakan setelah aku bertemu denganmu. Ya, lagu ini untukmu. Perasaanku
yang sebenarnya tergambar di liriknya. Aku serius.” Youngjae mengatakannya
dengan mantap.
“Geotjimal.” mata Eunsoo mulai berkaca-kaca.
“Neon naega mido.” (percayalah padaku) ujar Youngjae
sembari menggenggam tangan Eunsoo.
“Sejak kapan ?”
“Aku tidak tahu tepatnya. Yang pasti, aku menyayangimu
Eunsoo –ya. Sebagai sahabat juga sebagai seorang yeoja.” Youngjae mengusap pipi
Eunsoo yang mulai basah. ”Maukah kamu menjadi kekasihku ?”
Ragu, Eunsoo menunduk. Eunsoo
–ya, bukankah hal ini yang kamu nantikan selama ini ? Akhirnya Youngjae
memilihmu Eunsoo –ya. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan ? Eunsoo tahu
perasaan itu tak lagi sama. Tapi di satu sisi, hatinya masih diisi oleh
Youngjae. Perlahan-lahan, Eunsoo
mengangguk.
“Aku rasa.. Aku juga menyayangimu Youngjae –ya.” ujarnya
pelan.
Youngjae tersenyum lebar, lalu bersandar sembari memegang
dadanya, lega. “Kamu tahu betapa gugupnya aku tadi ? haaa...” Eunsoo tersenyum.
“Gomapta... Jagiya.”
Youngjae menarik tangan Eunsoo kembali dan mencium punggung tangannya.
Seketika wajah Eunsoo memerah.
“Our first skinship as a couple... and this...”
Youngjae memajukan badannya dan mencium kening Eunsoo “our second skinship.”
ujar Youngjae, nyengir.
“Geumanhae... aku malu jika kau menghitungnya.”
wajah Eunsoo masih memerah. Baru kali ini Youngjae melihat sosok Eunsoo yang
seperti itu. Sangat manis, Yongjae mengusap rambut Eunsoo.
“Aigooo.. nae yeoja jinja yeppeuda.. Aigooo...
nomu gwiyeowo.”
Di saat yang sama di sudut kafe itu, seulas senyum sedih terukir...
To be continued~~
Pictures credit : Brisk ; Busan Boy
0 komentar:
Posting Komentar