24.4.13

Our Heartquake Story : Stop It

Ditulis oleh Aninditya di 4/24/2013 11:19:00 AM
I know that you’re the apple of my eye but
I only want one thing from you, please listen to me just once

How many times do I have to tell you for you to know?
Do you know how I feel? Do you know how I feel? ~~ B.A.P Stop It

Keesokan harinya.....
 
Eunsoo sudah bersiap-siap berangkat ke kantor menggunakan KTX. Meskipun Daehyun berjanji akan menjemputnya, dia tidak mau merepotkan pria itu. Lagipula, dia tidak mengetahui nomor ponsel Daehyun. Eunsoo sudah berdiri di depan lift ketika ponselnya berdering. Nomor tak dikenal.

“Yoboseyoo...”

“Eunsoo ssi, neo eodigaa ? Aku sudah didepan pintu ruang  apartemenmu.” Eunsoo berbalik, melihat sosok Daehyun yang terengah-engah di depan apartemennya. Eunsoo tersenyum.

“Berbaliklah, aku didepan lift.” Eunsoo melambaikan tangannya kepada Daehyun yang segera menghampirinya. Tepat ketika pintu lift terbuka.

“Kenapa kamu tidak menungguku ? Maaf aku terlambat.”

“Darimana kamu tahu nomor ponselku, Daehyun ssi ?”

“Lagipula aku sudah berjanji untuk menjemputmu.”

“Jawab pertanyaanku.”

“Aaahh itu..” Daehyun mengusap punggung lehernya kembali dan tertunduk. Entah kenapa Eunsoo menyukai tingkahnya ini. 

“Tidak penting aku tahu darimana. Yang paling penting sekarang, aku harus mengantarmu ke kantor.” Eunsoo tidak puas dengan jawaban Daehyun. Raut wajahnya pias hingga dia masuk ke kursi penumpang mobil Daehyun.

“Eunsoo ssi, kamu tidak marah kan ?”

“Molla.”

“Atau aku perlu ber-aegyo didepanmu agar kamu tersenyum ?” Daehyun menatap Eunsoo, nyengir.

“Coba saja.” Aegyo ? yang benar saja !! Eunsoo mati-matian menahan senyumannya. Dia memalingkan wajahnya ke arah jendela.

“Noona~~ Ppuing ppuing !!” Alih-alih ber-aegyo, Daehyun justru mengatakannya dengan nada mantap dan pandangannya lurus ke arah Eunsoo. Eunsoo justru tertawa melihatnya.

“Ige bwoya ? Hahaha.. Kamu ber-aegyo atau ingin memarahiku Daehyun ssi ?”

“Itu aegyo ku Noona.” ujarnya sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Eunsoo masih terkekeh dibuatnya.

“Geurom, jongmal gamsahamnida Daehyun ssi. “ Eunsoo tersenyum dan bersiap-siap keluar. Tetapi gerakannya tertahan karena Daehyun tiba-tiba mengenggam pergelangan tangannya.

“Eunsoo ssi, bisakah kamu berhenti memanggilku ‘Daehyun ssi’ ? cukup ‘Daehyun’ saja ? Dan bolehkah aku memanggilmu ‘Eunsoo’ saja ?” Daehyun menatap Eunsoo tajam.

“Ngngng... Daehyun-ah, bisa kau lepas tanganku. Aku terlambat.”

“Bolehkah ?”

“Apa kamu tidak dengar kata-kataku tadi Daehyun-ah ?” Eunsoo tersenyum, manis sekali. Daehyun melepaskan genggamannya, “Gomawo Eunsoo-ya.”

“Satu lagi, aku ingin lebih mengenalmu Eunsoo-ya. Bolehkah ?” Eunsoo hanya tersenyum dan segera memasuki kantornya. Melihat sosok Eunsoo yang memasuki kantor, hanya satu yang ada dipikiran Daehyun. Dia ingin sekali melihat senyuman itu lagi, hanya untuknya.

****

Eunsoo tidak bisa berhenti tersenyum jika mengingat Daehyun. Ahh, apakah aku mulai menyukai Daehyun. Masih terlalu dini mengatakan itu Eunsoo-ya. Eunsoo menepuk-nepuk pipinya. Dibukanya laci meja kerjanya, dan gerakannya tertahan. Eunsoo mengangkat sebuah bingkai berisi foto dirinya dan Youngjae, pria yang masih belum bisa dia lupakan. Eunsoo tersenyum getir. Nyata bahwa dia belum bisa mengalihkan sosok Youngjae dari pikirannya. Sedangkan saat ini ada pria lain yang ingin mengenalnya. Memang ini kesempatan Eunsoo untuk melupakan Youngjae, tapi hatinya mengatakan, ini salah. Dia tidak ingin menjadikan Daehyun objek pelariannya.

Eunsoo-ya, mobilmu sudah terparkir di parkiran kantormu. Aku yang membawanya kesana. Aku ingin mengajakmu makan siang. Bolehkah ?

Message dari Daehyun, Eunsoo cepat-cepat mengetik balasan...

Mianhae Daehyun-ah. Aku sibuk hari ini, banyak klien yang membutuhkanku. Aku tidak bisa meninggalkan kantor.

Memang benar, saat ini ada 3 klien yang menunggunya dan Eunsoo tidak yakin bisa melewatkan jam makan siangnya dengan nyaman. Selain itu, dia ingin menghindari Daehyun untuk sementara waktu.

Geurasseo... Fighting Eunsoo-yaa ^^

Daehyun kecewa. Memang dia baru saja diberi tahu asisten ayahnya jika saat ini kantor afiliasi ayahnya sedang ramai oleh klien. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia menekan speed dial no.1 di ponselnya dan langsung terhubung ke ponsel ayahnya.

“Abonim, Na ya.. Daehyun.”
****

“Eunsoo ssi, Jung Jihoon ssi ingin berbicara denganmu sekarang, line 1.” ujar asisten pemilik kantor afiliasi ini. Eunsoo segera mengangkat telepon yang ada di atas mejanya setelah meminta ijin ke kliennya.

“Lee Eunsoo imnida.... Ne,arrasseumnida... Baiklah Jung Jihoon ssi, saya akan menyiapkan berkas-berkasnya.”
Eunsoo menutup teleponnya. Beliau meminta Eunsoo menemaninya meeting dengan klien di suatu restoran di Apgujeong. Sedangkan klien yang sedang dia tangani sekarang akan dialihkan ke rekan kerjanya yang lain. Walaupun Eunsoo masih satu tahun di kantor itu, tetapi hasil rancangannya sangat memuaskan, sehingga sering dimintai tolong langsung menangani proyek orang ternama di Seoul.

Sesampainya di restoran....

“Perkenalkan Lee Eunsoo ssi, ini anak lelaki kedua saya, Jung Daehyun.” Eunsoo tidak bisa menyembunyikan raut wajah kagetnya. Sedangkan Daehyun hanya tersenyum lebar sembari mengulurkan tangannya.

“Kita belum berkenalan secara resmi Eunsoo ssi.” Tuan Jung tersenyum melihat mereka berdua. Daehyun mengutarakan bahwa dia tertarik dengan salah satu pegawainya, Lee Eunsoo. Secara tidak langsung putranya ingin mengenalkan Eunsoo pada dirinya. Oleh karena itu, ia meminta tolong pada ayahnya untuk mempertemukan dirinya dengan Eunsoo. Tuan Jung langsung menyanggupi, lagipula selain Lee Eunsoo adalah wanita baik dan berbakat di kantornya, Tuan Jung sesekali memang ingin membantu Daehyun jika dia meminta sesuatu. Hal yang sangat jarang dilakukan Daehyun yang lebih sering mengerjakan sesuatunya sendiri.

“Naneun Jung Daehyun imnida. Saya berasal dari Busan dan sedang dalam proyek pengembangan cabang hotel saya di Seoul.”

“Naneun Lee Eunsoo imnida. Interior designer di Jung Corporation.” Eunsoo beralih ke atasannya.

“Jung Daehyun ssi yang akan jadi klien saya hari ini, benar begitu...  Jung Jihoon ssi ?” Ahh, marga mereka memang sama. Hmmm geuraetjii.. tak heran jika Daehyun mengetahui nomor ponselku. Dia mempunyai akses penuh ke perusahaan ini.

“Iya, tepat sekali.  Dia meminta tolong Anda untuk merancang konsep kamar kelas platinum untuk hotel cabangnya. Anda sanggup kan Lee Eunsoo ssi ?” Hal yang sebenarnya cukup mudah dilakukan, karena Eunsoo sudah sering melakukannya. Tetapi...
 
“Saya sanggup Jung Jihoon ssi.”

“Baiklah, untuk prosedurnya saya serahkan kepada Anda, Eunsoo ssi. Maaf, saya harus pamit dahulu karena ada urusan mendadak di kantor. Daehyun, tolong berlaku sopan kepada Eunsoo ssi. Geurom.” 
Daehyun dan Eunsoo membungkuk kepada Jung Jihoon. Setelah ayahnya pergi, Daehyun mempersilahkan Eunsoo duduk di kursi yang berhadapan dengan tempatnya. Mereka memesan makanan, dan Eunsoo segera mengeluarkan berkas-berkas kontrak yang harus ditanda tangani mereka berdua. Daehyun memperhatikan gerak-gerik Eunsoo.

“Eunsoo –ya. Mwohaesseumnika ?”

“Saya sedang bekerja. bukan begitu Daehyun ssi ?”

“Tsk.. Geumanhae... Ini jam makan siang. Aku sebagai klienmu saat ini memintamu untuk berhenti bekerja sejenak dan menikmati makan siangmu. “ Sembari mengatakan hal itu, Daehyun menutup map berisi kontrak dan menaruhnya di atas kursi kosong di sampingnya.

“Dan meskipun kita dalam ikatan kontrak kerja, aku memintamu tidak memanggilku dengan sebutan ‘Daehyun-ssi’ arrasseo ?”

“Tapi...”

“Tidak ada tapi-tapian, bukankah permintaan klien harus dipenuhi ?” Eunsoo menghela nafas.

“Baiklah.. baiklah...” Sungguh pemaksa sekali orang ini. Eunsoo menghela nafasnya sekali lagi. Rencanaku untuk menghindarinya tidak akan sukses...
Pesanan datang. Meskipun enggan, Eunsoo segera mengabiskan makanannya dengan cepat. Daehyun yang melihat hal itu hanya terdiam.

Kamu enggan mendapat klien sepertiku ?” Eunsoo menghentikan makannya dan menatap Daehyun.

“Tidak, aku tidak merasa begitu.”

“Geotjimal.”

“Nan geotjimal aniya.” Eunsoo membuang mukanya. Pandangan mata Daehyun seakan dapat membaca hatinya.

“Eunsoo –ya ...” Daehyun tidak melanjutkan kata-katanya. Apa yang terjadi padanya ? Baru tadi pagi wajah itu tersenyum dan sekarang seakan dia tidak ingin melihatku.

“Apakah Anda sudah selesai makan ?” ujar Eunsoo sangat formal. Daehyun mengangguk.

“Baiklah, mari kita diskusikan konsep yang Anda inginkan.”

Apartemen Daehyun....

Daehyun frustasi. Selama diskusi konsep tadi siang, tak sekalipun Eunsoo tersenyum padanya. Seperti seorang profesional interior design, ah tidak.. bahkan seorang profesional pun akan tersenyum pada kliennya. Sedangkan Eunsoo seakan.....

Arrggghh... wae irreokhae Eunsoo-ya?” Daehyun mengacak rambutnya.  “Geundae, wae irreokhae na ya ?”

Daehyun tersadar, dia mulai menyukai wanita itu. Keanggunannya, senyumnya, kecantikannya, tangguh, dingin, tak tersentuh... Daehyun tertawa. Daehyun mengingat wanita-wanita yang pernah dikencaninya selama ini. Mereka semua sama, ketika mengetahui bahwa dia pemilik hotel ternama dan anak dari salah satu arsitek terbaik di Korea, mereka berubah seperti serigala yang haus akan harta. Tapi Eunsoo berbeda, dia tak terpengaruh sedikitpun, bahkan sekarang seakan menghindarinya. Itulah yang membuatnya ingin mendapatkan Eunsoo, menjadikan dia miliknya.


****


Berbagai cara dilakukan Daehyun untuk menarik perhatian Eunsoo tetapi wanita itu tetap saja memperlakukan Daehyun layaknya seorang klien penting. Meskipun mereka tidak memanggil dengan sebutan formal, tetap saja sikap Eunsoo dingin padanya, dan Daehyun sangat membenci hal itu. Ajakan makan siang atau makan malam dari Daehyun pun ditolak. Tapi, Daehyun tetap tidak putus asa. Karena semakin Eunsoo menghindarinya, semakin dia memantapkan hatinya untuk mendapatkan Eunsoo. 

Sebulan berlalu sejak pertemuan mereka dan proyek Daehyun mulai dilaksanakan. Selama proses pembangunan hotel tersebut, Daehyun selalu rutin mengunjungi proyeknya dan melakukan perjalanan Busan – Seoul berkali-kali. Intensitas bertemu dengan Eunsoo pun berkurang. Meskipun begitu, dia terus menerus merindukannya. Hingga pada bulan kelima, ketika proyek hotel itu sampai pada tahapan finishing interior, Daehyun dan Eunsoo datang berkunjung dan mengawasi penempatan interior hotel. Daehyun sangat kelelahan karena dia baru saja kembali dari Busan, tetapi dia tetap menampilkan wajah tersenyumnya, demi Eunsoo. Ketika melihat-lihat dan mengecek beberapa perkembangan, tiba-tiba...

“Nona Lee, Awas !!!” sebuah kandelar lepas dari engselnya, tepat diatas Lee Eunsoo. Refleks, Daehyun langsung mendorong Eunsoo menjauh. Tetapi terlambat, kandelar itu justru mengenai kepala Daehyun. Daehyun terhuyung dan pingsan, darah mengalir deras dari kepalanya.

“Daehyun –ah.. DAEHYUN IREONA jebal !!” raut wajah Eunsoo pucat pasi, dia berteriak kepada mandor untuk segera memanggilkan ambulans. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, tak henti-hentinya dia mengenggam tangan Daehyun. Eunsoo terus menemaninya hingga Daehyun mendapat perawatan di rumah sakit. Orangtua Daehyun dan kakak lelakinya datang pada malam harinya. Ibu Daehyun berusaha menenangkan Eunsoo yang masih gemetar. Eunsoo melihat blouse nya dan menyadari bahwa blouse nya terkena percikan darah Daehyun. Dia bergidik melihat wajah Daehyun yang berangsur pucat tadi. Air matanya mengalir. Dia tidak peduli, hanya satu yang dia inginkan sekarang. Melihat senyum Daehyun kembali.

“Permisi, apakah ada dari kalian yang bernama Lee Eunsoo ?” tanya perawat dari dalam ruang ICU. Mendengar namanya disebut, Eunsoo langsung merespon.

“Saya. Ada apa ?”

“Pasien sudah sadar, dia terus menerus memanggil Anda. Mari silahkan masuk.” Eunsoo mengikuti perawat itu masuk setelah mendapat izin dari ibu Daehyun. Membutuhkan keberanian yang cukup bagi Eunsoo ketika memasuki ruang ICU.

“Dia kehilangan banyak darah, jangan mengajaknya berbicara banyak dulu.” ujar perawat. Dan disanalah ia, tersenyum lemah kepadanya setelah seharian tak sadarkan diri, dengan kepala penuh perban. Langkah Eunsoo terhenti.

“Eunsoo –ya. Nawara.” Eunsoo mendekati Daehyun dan duduk disampingnya. Tangan Eunsoo menggenggam tangan Daehyun yang dibalas oleh Daehyun. Genggamannya Lemah, tak sekuat saat dia menggenggam bahunya dulu.

“Mianhamnida.” bisik Eunsoo tertahan.

“Sssttt, aku bersyukur kamu tidak terluka sedikitpun.” Daehyun tersenyum. “Ahh.. maafkan aku, blouse mu kotor karenaku.”

“Gwenchanayo... Maafkan aku, seandainya saja aku yang tertimpa..”

“Seandainya kamu yang tertimpa kandelar itu, aku akan lebih menyalahkan diriku sendiri karena gagal telah melindungimu. Naneun namja iyeyo Eunsoo-ya, sudah seharusnya aku melindungi wanita yang aku sayangi.” potong Daehyun.

“Mworago Daehyun –ah ?”

“Saranghaeyo Eunsoo ya.” 

To be continued ~~
pictures credit : @BAP_Daehyun's twitter ; vocal & visual

2 komentar:

Anonim mengatakan...

suka.suka.suka>.<

Aninditya mengatakan...

gomawoooo :D
kamu dah baca draft nya og ya jagi hehehehe

Posting Komentar

 

Annyeong to my crazy corner ! Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review