9.6.12

May I ? (Part 2 - Harin POV)

Ditulis oleh Aninditya di 6/09/2012 04:56:00 PM
At first like a friend, then like a precious lover 
From the time I put your heart into mine 
My fluttering heart believed that 
It would become fate, my foolish first love ~~~ Lee YoonJi_First Love


"Oppa, neo odiega?" ujarku tak sabar pada seseorang di seberang sana.


"Hmmm  arasseo animnida,, palli naryeowaa ! kamu harus menyerahkan paper itu sekarang. Sanghyun oppa sebentar lagi menjemputku dan aku ingin pulang." aku memutus percakapan kami. Bersungut-sungut menulis kalimat analisis di laptopku untuk proyek seminggu lagi. 


"Mianhaeyo." Aku menoleh melihatnya, Lee Changsun memegang kedua lututnya dan terengah-engah. Aku tersenyum dan menyerahkan sebotol minuman padanya. Dia menyerahkan paper berisi bahan proyek kami.


"Gomapta. Tarik nafas dulu oppa."


"Harin ssi, bolehkah aku melihat papermu ?" Lee Daeha menghampiriku. Changsun yang sedang meminum air tiba-tiba tersedak. Aku menatapnya aneh.


"Mi.. mianhae. Aku tidak berhati-hati." Aku menepuk punggungnya keras.


"Yaa !! Harin ah, apa yang kau lakukan. Nomu appo !!" aku tak menghiraukannya dan kembali menghadapi Daeha. Setelah yeoja itu pergi. Aku bertanya pada Changsun.


"Kau menyukainya bukan?" Changsun sontak menatapku.


"Kenapa kau berpikiran begitu ?"


"Mollayo... hanya terlintas di pikiranku saja. Jongmalyo ?"


"Neo naega jinja algesseoyo Harin-ah." Aku tersenyum dan menatap matanya yang sedang mengikuti arah Lee Daeha pergi. Dan sayangnya kamu tidak pernah mengerti aku Changsun-ah. 


"Geundae, sepertinya aku tidak akan meneruskan hal ini." ujarnya lemah.


"Waeyo ?"


"Kau tahu kan jika dia dekat dengan Jung Byunghee hyung sekarang ? Aku merasa diriku kalah." ingin rasanya aku menampar wajahnya sekarang.


"HEI CHANGSUN-AH !! KAU INI NAMJA ATAU BUKAN ? HUH ?! TAK SEPANTASNYA KAMU MENYERAH BAHKAN SEBELUM KAMU MELAKUKAN SATU LANGKAH PUN UNTUK MENDEKATI DAEHA. DAEHA BELUM MENJADI MILIK SIAPAPUN. SEMUA NAMJA TERBUKA UNTUK MENDEKATINYA."  Dia menatapku tak percaya, kulihat matanya memancarkan ketersinggungan.


"Kau ini tahu apa Harin ssi. Apa kau tahu apa yang sudah aku lakukan untuk mendekati dia ? Dan bagaimana tanggapan dia ?"


"YA, AKU TAHU. KAMU HANYA DUDUK DIAM, MENIKMATI KEDEKATANMU SAAT BERSAMA DAEHA, CEMBURU MELIHATNYA MENGOBROL DENGAN BYUNGHEE SUNBAENIM DAN ASAL KAU TAHU SAJA. LIHATLAH INI." aku menyerahkan laptopku padanya. Aku perlihatkan isi cyworld Daeha beberapa hari lalu. Mian Changsun-ah, aku harus melakukannya.


"Kau lihat bukan. Aku semakin yakin, aku harus menghentikan usahaku." Dia tersenyum miris. Dapat kulihat matanya berkaca-kaca. Aku merasa sedikit menyesal telah membuatnya patah hati.


"Changsun oppa..." aku memelankan nada suaraku. "Jika kamu benar-benar menyayanginya. Berusahalah walau itu susah, jangan hiraukan tulisannya. Hati orang bisa berubah oppa."


"Morugesso Harin-ah. Aku tidak mau sakit hati."


"Pilih mana. Berdiam diri tanpa melakukan apapun dan melihat dia bersama orang lain. Atau berusaha dulu dengan kemungkinan dia akan membalas perasaanmu ? Dua-duanya toh ada kemungkinan untuk sakit hati." Dia menimbang perkataanku dalam diam dan tersenyum padaku.


"I'll try Harin-ah. Gomapta dongsaeng-ie." ujarnya sambil mengetuk kepalaku. Aku tersenyum.


"Jangan seperti aku." ujarku pelan sembari membereskan laptopku.


"Apa yang kamu katakan ?"


"Ani... Hwaiting oppa !! Sanghyun oppa sudah menungguku di tempat parkir. Jalja." Aku segera berlari ke arah parkiran. Mataku terasa panas dan pandanganku mulai kabur karena air mata. 


"Gwenchana Harin. Kamu harus kuat. Asal dia bahagia bukan." ujarku pelan sambil menghapus air mataku dan memikirkan sejumlah alasan jika Sanghyun oppa melihatku menangis. Changsun oppa, neo jinja mollayo ?? Nan saranghamnida. Jongmal saranghamnida. Ingin rasanya aku melupakanmu, tapi semakin hari namamu justru membekas semakin dalam di hatiku. Aku tak mengharapkan apapun, hanya ingin melihatmu bahagia dan tersenyum, walau tanpa aku.

"Wae geurae ?" tanya Sanghyun oppa ketika aku memasuki mobil.

"Ani, kajja."

"Ya, nae Harin-ie... Kamu ini adik perempuanku satu-satunya. Bagaimana mungkin seorang kakak diam saja melihat adiknya menangis. huh ?" Aku terkekeh.

"Oppa, neo... jinja saranghaeyo." aku ber-aegyo padanya dan berhasil.

"Aiissh jinja. Suatu saat aegyo mu tidak akan berpengaruh padaku. Kau harus menceritakan padaku kenapa kau menangis. Yakso ?"

"Yakso." aku menautkan jari kelingkingku padanya. Suatu saat oppa, saat aku sudah bisa melupakannya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Annyeong to my crazy corner ! Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review