19.6.12

May I ? (Part 4 - Harin & Changsun POV)

Ditulis oleh Aninditya di 6/19/2012 07:19:00 AM
Mianhae readers, author sempet stuck mau ngelanjutin FF ini kayak gimana, setelah beberapa hari mikir #cciiieeeh diputusin part kali ini author menggunakan point of view dari 2 pemeran utama. Enjoy it :)

-Harin POV-
Aisshh.. jinja micheotda !!! umpatku dalam hati. Aku tak dapat menghubungi Changsun sejak 3 jam yang lalu. Aku meminta Changsun membawakan paper itu ke kampus dan dengan bodohnya, aku lupa membawa paper itu ke rumah. Bukankah Changsun masih di bangku itu ketika aku pergi ? dan kenapa Changsun tidak segera menghubungiku segera ? Oppaa.. angkat ponselmu. 
Aku mulai panik memikirkan hal-hal yang sekiranya terjadi dengan Changsun, karena memang tidak biasanya dia tidak membalas SMS atau panggilanku. Sanghyun oppa berusaha menenangkanku dengan bercanda dan menggelitiki kakiku, tapi hanya aku timpali dengan tatapan tajam. Ketika aku mulai beranjak mengambil kunci mobilku dan ingin menyusul ke rumahnya, Changsun meneleponku.

"Dongsaeng-ah, jongmal mianhaeyo baru menghubungimu. Ponselku tertinggal di mobil ketika aku sedang menemani Daeha ke acara pernikahan saudaranya." Deg! Mworago ? Aku terdiam sejenak, berusaha mencerna apa yang barusan dia katakan.

"Harin-ah....yeoboseyo~"

"Kamu pergi dengan Daeha ?" aku memastikan.

"Ne, waeyo ? Aah, kau ketinggalan paper mu tadi siang. Aku akan segera mengantarkannya ke rumahmu setelah aku mengantar Daeha. Mianhamnida, aku sempat lupa harus mengantar paper itu tadi sore." Suaranya terdengar pelan dan menyesal, khas Changsun ketika merasa bersalah.

"Hmm.. gwenchana. Palli oppa, Nan gidarilke. Jalkayo." Aku memutus percakapan itu. Awalnya aku ingin memarahi dia karena tidak segera mengantarkan paper itu, tetapi lidahku tercekat dan apa yang ada di pikiranku seketika hilang. Aku tersenyum getir. Yah, aku tak bisa merusak mood seseorang yang sedang bahagia kan ? Lagipula orang itu adalah orang yang sangat aku sayangi.

"Sepertinya memang aku harus menghentikan one-side love ini..." gumamku. Kadang, terlintas di kepalaku bahwa aku capek, sungguh. Aku tak menyangka aku akan benar-benar mencintai Changsun dan tanpa sadar aku telah menerima baik buruknya dia. Aku menerima dia apa adanya.

Ting tong~~~ Aku beranjak membukakan pintu dengan langkah gontai. Rasanya seluruh tenaga di tubuhku hilang. Aiisssh jinja !! Harin-ah, wae geurae ?? HUH !! mereka hanya bersama-sama malam ini. That's all. Berulang kali aku menepuk pipiku berusaha memberikan senyuman sewajar mungkin. Changsun, dengan setelan jas yang melekat di tubuhnya, menggigit paper kami, dan membawakan sekotak kue donat kesukaanku di kedua tangannya. Aku sontak tertawa melihatnya.

"Hahaha, jika kau melihat cermin sekarang, kau akan menyesali penampakanmu sekarang Changsun-ah. Hahaha."

"Haaa... untung saja. Aku pikir kau marah padaku karena lupa mengantar paper itu." Changsun tersenyum. Dapat aku lihat sedikit gurat kecemasan yang terpancar dari wajah tampannya.

"Awalnya sih begitu. Geundae.. Gwenchana. Nan Park Harin imnida. Tugas proyek itu akan selesai sesuai deadline dengan sempurna. Aku hanya khawatir paper itu hilang. Masuklah."

"Kebetulan aku ingin menceritakan malam ku bersama Daeha padamu Harin-ah. Ahhh jinja haengbokhaesseo." Aku terdiam di daun pintu, mencoba mengatur perasaanku. Sepertinya mataku mulai memanas.

"Waahhh, andai saja aku ada di sana, pasti aku akan mengganggu kalian." Aku tersenyum evil sewajar mungkin. "Changsun-ah mianhae, sepertinya aku sedang tak enak badan. Bisakah kita lanjut lewat message  atau besok saja ? Lagipula ini sudah larut, aku rasa. Gwenchana ?"

"Geurae. Gwenchana. Istirahatlah, kita masih punya banyak waktu besok." Ya, masih banyak waktu. Aku tersenyum getir.

"Wae geurae Harin-ah ?" ujarnya ketika akan memasuki mobilnya

"Mwo ?"

"Hmm.. aniyo. Tidurlah. Aku menyayangimu."

"Ya !! Aku merinding mendengarnya." Aku pukul lengannya dengan paper. "Katakan itu pada Daeha suatu saat nanti." Suaraku tercekat. Ketika dia pergi, air mataku terjatuh.

"Gwenchana Harin-ah. Gwenchana." Tak henti-hentinya aku menepuk pipiku. Ketika aku berbalik, aku melihat kakakku, saudara kembarku, Sanghyun oppa, menatapku khawatir. Aku tak bisa lagi berbohong padanya. Aku memeluknya, menangis.

-Changsun POV-

Aku melajukan mobilku dalam diam. Aku tahu ada sesuatu yang aneh pada Harin. Walaupun samar, aku dapat melihat keanehan nada bicara dan ekspresinya. Aku cukup mengenalnya dan aku tahu dia menahan air matanya tadi. Seperti.... terluka

Jujur, aku tak bisa berpura-pura menganggap dia baik-baik saja tadi. Mungkinkah ? Sesampainya di apartemenku aku menelepon Harin. Entah kenapa bukan Daeha yang aku pikirkan saat ini. Tak diangkat. Aku terus meneleponnya dan hanya dijawab oleh mesin penjawab.

"Yoboseyo, Changsun oppa waeyo ?" Akhirnya.... Dia memanggilku dengan panggilan itu tapi nada suaranya.

"Yoboseyo dongsaeng-ah. Neo gwenchana ?"

"Gwenchana ? Tentu saja aku baik-baik saja. Ada apa?" Sepertinya memang harus aku tanyakan.

"Kau seperti menahan tangismu tadi saat bertemu denganku. Ada masalah ?"

"....."

"Harin-ah?" Aku mulai mendengar suara isakan di ujung sana.

"Oppaaa.... Aku patah hati. Orang yang aku sayangi ternyata menyayangi orang lain, dan aku baru tahu mereka sudah berhubungan seminggu lalu." Aku memang pernah mendengar Harin berkata bahwa dia sedang menyukai orang lain. Tapi aku tidak bisa menebak siapa orang itu.

"Hmmm Harin, boleh aku tahu siapa orang itu ?"

"Seungho oppa. Aku tadi hampir menangis karena iri melihatmu dengan Daeha... hiks"  Seungho hyung adalah teman baik Byunghee hyung. Aku tau Seungho hyung baru memiliki kekasih. Tapi aku juga tahu bahwa memang sudah lama Seungho hyung menyukai yeoja yang sekarang menjadi kekasihnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum.

"Dongsaeng-ie... Benarkah ? Kenapa aku cukup tidak yakin dengan apa yang kau katakan ya?" Terlalu aneh jika dia mengatakan dia menyukai Seungho hyung.

"Wae ? Memang benar kok aku menyukai Seungho hyung. Apanya yang aneh ? Tapi, aku harus mulai melupakannya sekarang. I deserve better oppa"

"Neee,,, kamu pantas mendapatkan yang lebih baik dari dia." Ada sedikit rasa sesak di dadaku. Perasaan tidak rela jika dia menjadi milik orang lain. Cemburu kah ? Huh, yang benar saja !

"Oppa, aku mengantuk. Sanghyun oppa sudah mengetuk pintuku berkali-kali. Jalja." 

"Jaljayo Harin-ah. Hwaiting." Kami sama-sama memutus telepon. Aku cukup kaget mendengar pernyataannya. Sedikit tak percaya karena aku tak menatap matanya langsung. Orang bisa saja berbohong kan ? Tak terkecuali Harin. Aku tahu Harin adalah orang yang pandai menyembunyikan perasaannya, dia pandai mengecoh orang-orang dengan raut wajah topengnya. Hanya Kim Sora, sahabat baiknya dari kecil yang bisa menyadari topeng Harin yang sebenarnya.

Aishhh jinja ! Dan kenapa aku masih mempercayainya jika dia memiliki seribu topeng ? Aku menertawai diriku sendiri. Itu karena aku bisa melihat kesungguhan dalam matanya. Walaupun susah ditebak, tapi aku yakin sekali, dia tulus berteman denganku. Hal yang tak bisa aku temui di mata teman-temanku yang lain. Mungkin dia pernah menggunakan salah satu topengnya padaku. Tapi aku tau, itu demi kebaikanku sendiri. Harin tidak pernah memanfaatkan orang lain demi keuntungannya sendiri. Aku yakin sekali dengan hal itu.

Aku tersentak karena ponselku berdering. Sanghyun meneleponku. Selarut ini ?

To be continued~

0 komentar:

Posting Komentar

 

Annyeong to my crazy corner ! Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review